Sepanjang sejarah, manusia berusaha mencari siapa Allah? Kitab suci sebagai salah satu sumber tertulis telah menjadi sebuah buku iman yang merefleksikan pencarian itu. Saya lebih melihatnya sebagai buku iman dan bukan buku sejarah meskipun refleksi akan Allah menyejarah.
Mengapa? Karena ia menceritakan peristiwa-peristiwa reflektif dimana manusia mencari dan Allah melibatkan diri dan bahkan membuat dirinya ikut terlibat dalam sejarah manusia tetapi kehadirannya tidak pernah bisa ditangkap oleh manusia.
Meskipun demikian, komunitas umat beriman selalu percaya dan mempercayai diri kepada yang namanya Allah ini, karena iman dan keyakinan itu sendiri [menurut pengalaman mereka] telah ikut menentukan sejarah mereka sendiri. Maka menjadi sangat mungkin, kitab suci bukanlah sebagai buku sejarah karena peran subjektif manusia menjadi sebuah refrensi penuh yang diukir ke dalam sebuah teks-teks yang pada zaman itu bisa direalisasikan lewat tradisi penuturan sampai kepada tradisi tertulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar