Rabu, 30 Desember 2009

Kematian spritual

Suatu saat ada pendeta baru melayani di sebuah jemaat. Tetapi alangkah kagetnya pendeta ini ketika mendapati bahwa jemaat yang hadir dan aktif dalam setiap kegiatan di gereja tersebut, termasuk hari minggu, sangat sedikit. Jauh dari data yang tercatat di dalam buku induk gereja.


Lalu pendeta ini membuat sebuah iklan bahwa ada seseorang yang meninggal di gereja tersebut. Iklan tersebut mengajak para jemaat agar datang ke gereja. Ternyata cara ini berhasil. Mungkin karena penasaran siapa yang meninggal dan mungkin karena mereka ingin membrikan penghormatan terakhir.


Setelah memimpin ibadah, pendeta memberikan kesempatan kepada setiap jemaat untuk memberikan salam terakhir dengan maju satu persatu mendekati peti tersebut. Tetapi ketika mereka tahu apa isi peti tersebut, mereka pulang dengan sedihnya dan merasa malu. Ternyata yang ada dalam peti itu adalah sebuah cermin besar. Pendeta tersebut memakai itu sebagai simbolisasi bahwa yang sedang mengalami kematian adalah diri mereka sendiri.


Pendeta ini ingin menyadarkan jemaatnya bahwa sebagian besar dari mereka sedang mengalami kematian spritual. Mereka jarang menghadiri kegiatan di gereja dan bersikap acuh-tak acuh terhadapnya. Dengan cara demikian, pendeta memperlihatkan bahwa kita [mungkin tanpa sadar] juga mengalami kematian spritual. Karena kesibukan kita yang luar biasa padatnya sehingga kita jarang melihat diri kita sendiri apakah sudah memberikan waktu untuk Tuhan atau tidak. Kesibukan-kesibukan kita membuat kita lupa tentang siapa yang menghidupi kita dan lupa bagaimana cara bersyukur kepadaNya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar