Rabu, 23 Desember 2009

Agama dan krisis ekologis:

Pendahuluan
Krisis ekologis menjadi isu yang sangat penting belakangan ini. Banyaknya kasus pembabatan hutan secara liar dan efek pemanasan global membuat setiap kita mau tidak mau harus berupaya secara aktif terlibat dalam memperlambat efek kerusakan ekologis ini. Planet Bumi yang sedang kita tinggali ini sedang dalam keadaan terancam. Terancam oleh krisis ekologi, krisis lingkungan hidup. Katakanlah pencemaran udara, laut dan darat sampai kepada pemanasan global. Kesemuanya itu mengarahkan kita kepada sebuah keprihatinan bahwa planet kita sedang dalam proses kehancuran. Dan agama harus ikut aktif terlibat!!

Agama (Kristen) dan Krisis Ekologi
Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah ecology. Ecology adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungannya. Kata ekologi sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos dan Logos. Oikos berarti rumah atau tempat berdiam sedangkan logos adalah ilmu. Jadi ekologi bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik makhluk hidup (pengada insani) dengan sesamanya dan dengan yang tidak hidup (pengada ragawi) atau benda mati (M. Soerjani dan Tusy S. Adibroto: 1989).

Mckibben pernah mengatakan bahwa perkembangan iptek yang begitu cepat ikut ambil bagian dalam memperparah krisis ekologis. Mengapa? Karena teknologi selain memberi kemudahan menimbulkan efek negatif terhadap alam (band. Mckibben: 1991). Teknologi yang dihasilkan tidak memikirkan dampaknya terhadap lingkungan seperti pencemaran udara, air dan industrialisasi yang tidak ramah terhadap lingkungan.

Lynn White pernah mengatakan bahwa kesalahan sebenarnya ada dalam tradisi Yahudi-Kristen. Hal ini disebabkan oleh karena Teks Kejadian 1:26-28 menempatkan manusia sebagai PENGUASA atas semua ciptaan. Dominasi sebagai Penguasa inilah yang menurutnya harus diperhatikan!

Manusia dalam kitab Kejadian mempunyai tugas MENGUASAI (Kej. 1:28) dan MENGELOLA (Kej. 2:15). Akan tetapi kekuasaan ini harus dimengerti sebagai kekuasaan dari sang Pencipta. Artinya sekalipun diberi kekuasaan, tetapi kedudukan manusia dengan ciptaan lain adalah sama (sama-sama yang dicipta /ciptaan). Semua ciptaan adalah BAIK ADANYA!!! Robert P. Borong mengatakan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh manusia adalah KEKUASAAN PERWAKILAN, yang sifatnya terbatas dan harus dipertanggungjawabkan kepada yang pemberi kuasa yaitu Allah (Robert P. Borong: YPPK). Sedangkan kata mengelola (abudah) diartikan sebagai Ibadah dan mengabdi. Maka manusia dalam memanfaatkan alam merupakan bagian dari Ibadah dan pengabdiannya kepada Allah (Robert P. Borong: YPPK).

Kritik Lynn White harus ditanggapi secara positif. Teks ini tidak boleh menjadi alasan bagi manusia untuk menguras sampai habis alam ini dan merusaknya. Allah menginginkan kita menjadi wakilnya, yaitu dalam hal mengelola dan menjaga bumi ini sebagai sebuah bentuk ibadah dan pengabdian kita kepadaNya.

Bagaimana dengan pengaruh Teknologi? Benarkah Ia memberi dampak negatif bagi kerusakan lingkungan berupa krisis ekologis? Kenyataan ini memang ada. Saya tidak harus menjelaskan ini panjang lebar karena dalam kehidupan kita sehari-hari hal ini dapat kita temukan. Contohnya saja Mobil. Mobil mempermudah kita untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi asap yang dihasilkan memberi dampak yang kurang begitu ramah terhadap lingkungan. Ini hanya contoh kecil saja! Apalagi pada awalnya manusia sedikit sekali menaruh perhatian akan alam, dan lebih menekankan bagaimana alam dikuasai (Antroposentris). Sikap antroposentris ini muncul pada masa pencerahan sebagai reaksi terhadap paham teosentris pada zaman pertengahan. Dengan paham ini, manusia adalah pusat segala sesuatu dan ukuran bagi segala sesuatu. Alam hanya dianggap sebagai pelengkap saja.

Teknologi memang memberi manfaat yang tidak sedikit bagi manusia. Namun teknologi yang dihasilkan hendaknya tidak hanya bersifat HUMAN ORIENTED tetapi LIFE ORIENTED, bukan manfaat hanya kepada manusia saja tetapi bagi keseluruhan alam yang kita diami ini (Eka Darma Putra: 2001)

Apa yang bisa kita lakukan?
1. 3M AA Gym
Mulai dari diri sendiri
Mulai dari hal yang terkecil
Mulai dari sekrang

2. Agama yang Pro-Ekologis
Agama (Kristen) diharapkan tidak hanya sibuk dengan urusan akhirat saja. Ibadah yang vertikal harus diimbangi dengan Ibadah Horizontal (sosial). Terkesan bahwa wawasan teologis yang dibangun selama ini hanyalah hal-ihwal yang berkaitan dengan dunia yang akan datang dan kurang memberi respon yang proporsional mengenai masalah keduniaan termasuk permasalah krisis ekologis. Iman eskatologis hendaknya dipahami secara utuh dan menyeluruh yang mengundang kita untuk menjaga alam sekrang ini yang sedang mengemban masa depan, sebuah masa yang kita tuju bersama. Maka menghancurkan alam berarti menjauhkan diri kita sendiri dan kosmos dari masa depan kita bersama. Pemberitaan (dakwah) hendaknya mengajak umat untuk memperhatikan rahim bumi sebagai sumber kehidupan, baik sekarang maupun kehidupan yang akan datang!

3. Teosentris
Allah adalah pusat dari kosmos karena Ialah yang mencipta. Bukan karena kita membutuhkannya (antroposentris), bukan karena ia mempunya hak azasi sendiri (biosentris) dan juga bukan karena ia memiliki nilai intrinsik dimana manusia hanyalah merupakan sub system (ekosentris) (band. Robert P. Borong: YPPK). Tetapi menaruh penghargaan kepada bumi dan alam ini dengan dasar Allah adalah pusat, pencipta tempat tinggal kita-bumi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar