Kamis, 31 Desember 2009

Gus Dur MeninggaL dunia

tokoh yang dikenal sebagai dengan ide2 dan gagasan2 kontroversial, pejuang kemanusiaan dan pembela hak-hak minortitas ini telah meninggal dunia. Hari ini, rabu, 30 Desember 2009 tepatnya pukul 18.45, KH. Abdurrahman wahid atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Dur meningga di RSCM setelah mengalami komplikasi.

Gusdur adalah orang yang berjuang untuk membela kepentingan rakyat. setidaknya itulah yang saya rasakan. apa yang ia lakukan kepada mereka yang dianiaya dan dipinggirkan adalah sesutau yang akan selalu diingat. ia memberikan kesempatan kepada etnis tionghoa untuk merayakan imlek, ia menegakkan demokrasi dan hukum, dan menjadikan istana sebagai istana rakyat. ia selalu terlibat untuk melawan mereka yang bertindak sewenang-wenang dan mereka yang ingin memperjuangkan sesuatu dengan kekerasan.

Rabu, 30 Desember 2009

The Host [Stephenie Meyer]

Kembali Stephanie Meyer meluncurkan sebuah novel yang tidak kalah menariknya dengan novel-novelnya sebelumnya. Kali ini, Meyer menyajikan kepada kita sebuah fiksi sains yang beraromakan percintaan..heheh...menariknya, bahwa yang diceritakan oleh Meyer dalam novelnya ini adalah sejenis spesies luar angkasa yang disebut dengan souls [asing/parasit]. Souls inilah yang kemudian masuk ke dalam benak manusia dan menjadikan mereka inang dengan tujuan ingin menjajah bumi. Tetapi tidak semua mau bekerjasama dengan Souls ini. Ada satu yang menolak mentah-mentah. Ia adalah Melanie Stryder.

Meskipun berhasil masuk dalam benar Melanie, sang penguasa tubuh Melanie yang baru yang disebut Wenderer kewalahan. Karena Melanie pada awalnya menolak menyerahkan tubuhnya, maka Wenderer tidak mampu menguasai alam pikir dari Melanie. Malah sebaliknya, Wenderer dikuasai oleh Melanie dan malah membanjiri pikiran Wanderer dengan sosok Jared. Jarred adalah lelaki yang dicintai oleh Melanie dan masih ada di persembunyian. Lambat laun Wanderer hanyut mendamba dan menginginkan Jared pula.

Dan keduanya kemudian memutuskan untuk mencari Jared.

Kematian spritual

Suatu saat ada pendeta baru melayani di sebuah jemaat. Tetapi alangkah kagetnya pendeta ini ketika mendapati bahwa jemaat yang hadir dan aktif dalam setiap kegiatan di gereja tersebut, termasuk hari minggu, sangat sedikit. Jauh dari data yang tercatat di dalam buku induk gereja.


Lalu pendeta ini membuat sebuah iklan bahwa ada seseorang yang meninggal di gereja tersebut. Iklan tersebut mengajak para jemaat agar datang ke gereja. Ternyata cara ini berhasil. Mungkin karena penasaran siapa yang meninggal dan mungkin karena mereka ingin membrikan penghormatan terakhir.


Setelah memimpin ibadah, pendeta memberikan kesempatan kepada setiap jemaat untuk memberikan salam terakhir dengan maju satu persatu mendekati peti tersebut. Tetapi ketika mereka tahu apa isi peti tersebut, mereka pulang dengan sedihnya dan merasa malu. Ternyata yang ada dalam peti itu adalah sebuah cermin besar. Pendeta tersebut memakai itu sebagai simbolisasi bahwa yang sedang mengalami kematian adalah diri mereka sendiri.


Pendeta ini ingin menyadarkan jemaatnya bahwa sebagian besar dari mereka sedang mengalami kematian spritual. Mereka jarang menghadiri kegiatan di gereja dan bersikap acuh-tak acuh terhadapnya. Dengan cara demikian, pendeta memperlihatkan bahwa kita [mungkin tanpa sadar] juga mengalami kematian spritual. Karena kesibukan kita yang luar biasa padatnya sehingga kita jarang melihat diri kita sendiri apakah sudah memberikan waktu untuk Tuhan atau tidak. Kesibukan-kesibukan kita membuat kita lupa tentang siapa yang menghidupi kita dan lupa bagaimana cara bersyukur kepadaNya...

KuTipan dari Kompas

Chan Kong (kekosongan sejati, terlahir dengan nama Cao Ngoc Phuong)

Lahir di Kota Ben Tre, Vietnam, 1938

Kompas, Senin 11 Mei 2009


Pernapasan adalah cara terbaik untuk menyentuh realitas perdamaian, pengertian dan cinta-disebut sebagai Buddha Nature, God in You, Allah in You, atau perasaan akan kebaikan, pengertian, dan rasa cinta. Dalam diri setiap manusia ada bibit-bibit perdamaian, cinta dan rasa kasih.


Misperception (pemahaman yang keliru) telah menyingkirkan perdamaian dan membawa penderitaan. Dalam ajaran Buddha disebutkan, saat memandang sesuatu sesungguhnya kita hanya bisa menangkap 20 persen dari apa yang kita lihat. Meski demikian, kita selalu berkeyakinan mampu menangkap keseluruhannya. Bahkan suami-istri pun selalu merasa demikian. Selalu merasa tahu semua tentang pasangannya, padahal hanya tahu 40-50 persen. Sisanya terpengaruh latar belakang sosial dan pendidikan. Ketika pasangan bertindak berbeda dari yang dia pikir, mereka pun bertengkar. Menurut Chan Kong, yang harus dilakukan hanya bertanya dengan penuh rasa cinta tentang apa sebenarnya maksud pasangan.


Ketika muncul misperception, yang tampak adalah ular. Ular yang harus dipukul. Padahal sebenarnya itu adalah tali (rope). “Kalau itu tali, yang dia pukul hanya tali. Namun ketika misperception terhadap orang lain, dia bisa melukai orang” ujarnya. “Terorisme lahir dari bagian itu,”tambahnya.

Jumat, 25 Desember 2009

naTaLku


aku masih ingat
lama sekali...dulu ketika aku masih kecil
aku dan 2 saudaraku
selalu senang..bahkan "ter"lalu senang
ketika akan merayakan natal

bulan desember adalah bulan natal
ya, itu terjadi di tempat saya
natal, sudah diawali dari minggu pertama desember
dan akan berakhir pada akhir desember
maka desember adalah bulan natal

aku masih ingat
natal datang maka pertanda baju baru datang
ya, baju baru datang..meski dengan celananya
baju baru..alhamdullilah....
perasaan gembira karena baju baru

aku masih ingat
natal datang maka pertanda banyak kegiatan di sekolah minggu
ya, peran baru datang...
pernah sebagai pemain drama, sampai kepada pembawa lilin
alhamdullilah
perasaan gembira karena peran baru di hari natal

sudah 20 tahun lebih masa itu berlalu
dan setiap aku merayakan natal
aku mengingat masa itu
ketika semua keluguan dan bahkan ketidakmengertian
akan makna natal sejati
terbuaikan oleh hal-hal materi...
ups tunggu dulu...aku tahu natal adalah hari kelahiran Yesus...
hanya itu....

dan sekarang, setelah 20 tahun masa itu berlalu
akupun masih saja bergumam
betapa menyenangkannya merayakan natal
dengan keluguan seperti itu
tanpa harus terbeban dengan pencarian makna sejati natal

semoga sang bayi natal
tidak menampakkan wajah kesal
karena aku terlalu cuek
dengan arti kelahiranNya

semoga!!!

Arti Kasih Allah dalam kehidupanku (Lukas 7:11-17)


Kisah ini adalah khas Injil Lukas. Perikop ini berada di sekitar narasi tentang kuasa Yesus. Pada perikop sebelumnya Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum yang hampir mati (Luk. 7:1-10). Pada narasi selanjutnya, kita melihat bahwa Yesus melakukan banyak hal bertalian dengan berbagai macam kuasa yang ada padaNya. Mulai dari angin ribut diredakan (Luk. 8:22-25), Pengusiran roh jahat (Luk. 8:26-39), sampai dengan menyembuhkan anak Yairus yang telah divonis mati (Luk. 8:40-56).


Kali ini, Yesus, para murid dan orang banyak sedang dalam perjalanan menuju kota Nain (ayat 11). Ketika sampai di pintu gerbang kota, dilihatNyalah anak laki-laki yang telah mati diusung ke luar (untuk penguburan). Dalam ayat 12 dikatakan bahwa anak itu adalah anak tunggal, ibunya seorang janda. Yang menarik adalah apa yang dilakukan Yesus selanjutnya. Dikatakan disana bahwa peristiwa pengusungan jenajah anak laki-laki itu membuat Yesus “tergerak” oleh belaskasihan (berbelaskasihan). Ia kemudian berkata kepada ibu seorang janda itu “jangan menangis”. Tanpa banyak dialog, Yesus kemudian membangkitkan anak yang sudah mati itu. Ketika melihat hal itu, maka ketakutanlah semua orang lalu “memuji” Allah.


Keterangan bahwa anak itu adalah anak tunggal dan bahwa ibu itu adalah seorang janda adalah hal yang memilukan bagi Yesus. Tentu saja, ke”janda”an adalah hal yang paling berat pada zaman Yesus sedang melayani. Kalau kita masuk dalam sejarah, maka kita bisa melihat bahwa waktu itu, banyak orang Yahudi yang hidup di kelas bawah. Hal itu diperparah lagi dengan penjajahan Romawi dan yang lebih parah lagi adalah sikap agamawan yang melegitimasikan kekuasaannya dengan jalan menjadi orang bertopengkan doa dan pengajaran hukum taurat. Mereka ini, yang dikatakan sangat pintar akan hukum taurat karena mampu menafsirkannya dengan baik justru pada kenyataannya mereka menjadi salah satu kelompok yang menindas orang miskin, termasuk para janda. Setidaknya Markus 12:38-40 melaporkan hal itu.


Dengan status janda, ditambah dengan kehilangan anak satu-satunya, berbelaskasihanlah Yesus kepada janda itu. Adalah hal yang wajar bagi janda itu untuk menangis. Namun hal itu tidak diinginkan Yesus sehingga ia mengatakan “jangan menangis”. Kedukaan janda tersebut tentunya berubah menjadi sukacita ketika Yesus bertindak untuk menyelamatkan anak laki-laki tersebut. Dukacita seorang janda tersebut berubah ketika Yesus membangkitkan anaknya. Tidak hanya ibu itu namun semua orang yang melihat hal itu “takut” tetapi memuji Allah.

Yesus mengerti betul apa yang dialami janda tersebut dengan kematian anak tunggalnya. Solidaritas Yesus yang masuk dalam kedukaan janda tersebut telah membawa sukacita yang besar bagi ibu dan orang banyak waktu itu. Kasih Allah yang begitu besar telah menghidupkan kembali nyawa anak tersebut dan tentu saja semangat sang ibu. Bagi komunitas Lukas, “Jangan menangis” adalah bentuk ajakan Yesus agar tangisan yang timbul karena dukacita tersebut tidak menjadikan kita kehilangan semangat, namun mengingatkan kita akan kasih Yesus yang mengerti dan memahami penderitaan dan dukacita yang kita alami.


Kehadiran dan solidaritas Yesus adalah bentuk keikutsertaan Yesus merasakan setiap bentuk penderitaan dan dukacita yang kita alami. Setiap manusia pasti mengalami kesedihan, dukacita dan berbagai macam bentuk penderitaan yang membawa kita dalam “tangisan”. Namun, melalui perikop ini, setiap orang percaya diingatkan bahwa kasih Allah mengerti semua itu. Ia solider dengan kita dan ia merasakan betul bagaimana penderitaan kita. Dengan demikian adalah hal yang kurang baik jika kita berada dalam “tangisan yang berlebihan” dan lupa bahwa di samping kita sedang duduk bersama kita Yesus, dan mengatakan “jangan menangis”.

Kamis, 24 Desember 2009

Nyanyian keberpihakan kepada yang miskin


Tuhan dipuji dan disembah

Tuhan yang maha kuasa, tak pernah dilupakan

Ritual ibadah, impresif dan ekspresif mewarnai Rumah Tuhan

Tak hentinya meneriakkan nama Tuhan


Rumah Tuhan tak pernah kosong

Dari yang kecil sampai yang besar

Berlomba meneriakkan nama Tuhan

Air mata berlinang, bahkan jatuh pingsan karena pujian kepada Tuhan


Tuhan dipuji dan disembah

Tuhan yang agung diteriakkan

Tak peduli dimana, bahkan di mall

Nama Tuhan diteriakkan. “Puji Tuhan” katanya!


Semakin banyak orang yang meneriakkan nama Tuhan

Di tengah bangsa yang “katanya” religius

Semakin banyak orang rajin ke gereja

Berharap bahwa Tuhan melihat mereka


Tetapi, mereka lupa

Tuhan yang datang 2000 tahun yang lalu

Menjelma di tengah-tengah orang kebanyakan

Yang miskin, yang sakit dan yang dipenjara


Yesus yang dipuja sebagai Tuhan

Rela mengidentikkan dirinya dengan mereka

Bahkan tempat makanan ternakpun menjadi tempat berbaringnya


Tuhan diteriakkan

Tuhan dipuja dan diagungkan

Tuhan disembah dengan riah-riuh

Tuhan disembah dan dipuja dengan linangan air mata


Namun, suara Tuhan tampak diam

Tak pernah ada suara dari langit

Tak ada gemuruh petir sebagai pertanda Tuhan mendengar mereka

Mereka berteriak, menganggungkan nama Tuhan


Ya, Tuhan sebenarnya tidak diam

Ia bahkan berteriak hampir tiap hari

Berteriak, mengatakan

“Ini aku, aku lagi dalam kesakitan. Obatilah aku”

“Anak-anakku lagi membutuhkan biaya sekolah. Bantulah aku”

“ Jenguklah aku. Aku rindu seorang teman”


Tetapi suara hati mereka tidak yakin

Bahwa itu adalah suara Tuhan

Mereka hanya menantikan

Bahwa Tuhan datang kepada mereka, dalam keagungan dan kemuliaan.

berkunjung ke rumah Cak Nun





foto waktu diwisuda tahun LaLu




Jesus menonTon perTandingan sepak boLa


Jesus Kristus berkata bahwa Ia belum pernah menyaksikan pertandingan sepakbola. Maka kami, aku dan teman-temanku, mengajakNya menonton. Sebuah pertandingan sengit berlangsung antara kesebelasan Protestan dan kesebelasan Katolik.

Kesebelasan Katolik memasukkan bola terlebih dahulu. Jesus bersorak gembira dan melemparkan topinya tinggi-tinggi. Lalu ganti kesebelasan Protestan yang mencetak goal. Dan Jesus bersorak gembira serta melemparkan topinya tinggi-tinggi lagi.

Hal ini rupanya membingungkan orang yang duduk di belakang kami. Orang itu menepuk pundak Jesus dan bertanya: 'Saudara berteriak untuk pihak yang mana?'

'Saya?' jawab Jesus, yang rupanya saat itu sedang terpesona oleh permainan itu. 'Oh, saya tidak bersorak bagi salah satu pihak, Saya hanya senang menikmati permainan ini.'

Penanya itu berpaling kepada temannya dan mencemooh Jesus: 'Ateis!'

Sewaktu pulang, Jesus kami beritahu tentang situasi agama di dunia dewasa ini. 'Orang-orang beragama itu aneh, Tuhan,' kata kami. 'Mereka selalu mengira, bahwa Allah ada di pihak mereka dan melawan orang-orang yang ada di pihak lain.'

Jesus mengangguk setuju. 'Itulah sebabnya Aku tidak mendukung agama; Aku mendukung orang-orangnya,' katanya. 'Orang lebih penting daripada agama. Manusia lebih penting daripada hari Sabat.'

'Tuhan, berhati-hatilah dengan kata-kataMu,' kata salah seorang di antara kami dengan was-was. 'Engkau pernah disalibkan karena mengucapkan kata-kata serupa itu.' 'Ya --dan justru hal itu dilakukan oleh orang-orang beragama,' kata Jesus sambil tersenyum kecewa.

(dari Anthony de Mello SJ, dalam bukunya Burung Berkicau)

Aku itu disebut “Nama”


Harusnya ya, nama kita itu didefenitifkan pas kita lagi gede dan sudah bisa memilih sendiri. Masa setiap kali namaku disebut di kelas, teman-teman pada ngetawain. Payah.

Aku sendiri tidak dimintai persetujuan untuk nama ini. Benarkah ini sebuah bentuk dominasi orang tua atas anaknya? Benarkah apa yang dikatakan Foucalt bahwa nama terlahir karena adanya dorongan untuk menguasai? Saya tak tahu. Yang jelas, nama ini membuatku gila. “lha namamu siapa sih?”......



Nama. Ya, setiap orang tentu punya nama. Tak seperti binatang yang biasa dipanggil dengan jenisnya, manusia memiliki keunikan karena setiap “manusia” punya nama. Keunikan ini menjadi salah satu pertanda yang membedakan manusia dengan yang lain.

Pembedaan inilah yang kemudian [kadang kala] direduksi ke dalam penyamaan akan si empunya nama. Keunikan ini dipakai untuk mengekang, mendominasi bahkan dengan serta menganggap bahwa nama “sangat mungkin” mewakili si empunya nama.


Pertanyaannya adalah apakah nama bisa mewakili diri yang sangat rumit dan kompleks, yang setiap saat bahkan bisa berubah dan susah untuk ditebak? Nama merupakan simbol kepada sang diri. Ketika menyebut nama, kita ingat siapa yang diwakili oleh nama. Tetapi jelas, bahwa nama itu tidak bisa mewakili keseluruhan diri si empunya nama. Ia hanya menjadi tanda daripada sekedar simbol.

Sebagai penunjuk, nama hanyalah memberi ciri tentang siapa si empunya nama. Tetapi dengan nama, kita tidak bisa mereduksi si empunya nama seolah-olah nama adalah keseluruhan identitas si empunya nama. Maka yang unik, menurut saya adalah diri bukan nama.


Kita tidak bisa menyederhanakan diri ke dalam nama. Karena ke”unik”an diri, maka nama tak mampu mewakili keunikan itu. Maka jono tidaklah bisa mewakili keunikan diri sang jono. Bahkan Mikhael, Jane dan Katheryn [modern dan barat] tidak menjamin ke”unik”an si empunya nama. Maka heran juga jika ada orang yang mencoba menyembunyikan namanya hanya karena namanya tidak indo. Malah ada orang yang merubah namanya demi popularitas semata” kata temanku.

Saya kasih contoh. Anda mungkin senang mendengar nama Markus, Iqbal dan sederet nama religius. Nama yang suci murni dan tak berdosa. Namun, ketika anda melihat Markus ketangkap basah sedang mengutil, apakah anda akan kecewa. “masa nama Markus mencuri” kata temanku. Mengapa? Karena anda sudah punya persepsi sendiri tentang nama Markus.


Padahal si empunya nama tidaklah menunjukkan sepenuhnya siapa si empunya nama, tingkah laku dan karakternya. Markus adalah nama. Si empunya nama yang kebetulan punya nama Markus. Maka nama “markus” tidak menjamin bahwa anda akan mengenal si empunya nama dengan kategori suci dan tak berdosa. Mungkin di tempat lain anda akan mendapati nama Markus dengan kategori anda. Tetapi yang jelas, anda tidak boleh mereduksi si empunya nama ke dalam nama. Bahkan saya mencurigai jangan-jangan si Markus malah tidak tahu siapa dirinya sendiri...hahahahah...


jLn2 ke taman sari...

masjid bawah tanah

gaLLuh

ini aku...heheh

Nabiah Hana dalam narasi kehidupan sang Juruselamat

Narasi kehidupan Yesus memang aneh atau bahkan bisa disebut “menyedihkan”. Lahir dikandang domba dan harus mengungsi agar terhindar dari pembunuhan oleh Raja Herodes. Namun, narasi ini sebenarnya diimbangi dengan sebuah keistimewaan khusus dari Yesus. Yesus lahir dari rahim seorang perawan. Gembala dan orang Majus yang datang untuk menyembahNya menandakan bahwa kehinaan Yesus juga disertai dengan sebuah hal istimewa. Hal ini tentu saja dimaksudkan sebagai upaya komunitas Yesus untuk menunjukkan kesediaan Yesus yang hina dan menjadi manusia yang paling rendah (siap dilahirkan di kandang!) tanpa melepaskannya dari keistimewaanNya yaitu Dia yang diutus dan dinubuatkan dalam PL.


Namun ada hal menarik dalam narasi kehidupan Yesus. Ketika Ia dibawa ke Bait Allah, ada seorang perempuan yang sudah lanjut umurnya menyapa kedua orang tua Yesus. Dia adalah nabiah Hana. Namun yang menjadi pertanyaan adalah seberapa pentingkah cerita nabiah Hana dalam narasi Yesus? Siapakah Dia sehingga ia cukup penting untuk menjadi bahan pembicaraan bagi komunitas para murid, khususnya komunitas Lukas. Padahal penulis Injil Matius dan Markus tidak menuliskan hal ini.


Hana adalah seorang nabiah (laki-laki: nabi). Dalam sejarah keberadaan dan perjalanan bangsa Israel, nabiah Hana mempunyai peranan dalam tradisi bangsa Israel. Namun, yang menarik dalam penuturan Lukas bahwa nabiah Hana adalah seorang perempuan tua yang tidak pernah meninggalkan Bait Allah (ayat 37).

Perlu diingat bahwa bagian cerita tentang nabiah Hana berada dalam cerita tentang pengudusan Yesus sebagai orang Israel. Ketika sampai di Bait Allah, mereka malah bertemu dengan Simeon dan Hana.


Dengan umur yang sudah tua, Hana ternyata masih bisa melakukan pekerjaan. Tentunya, ia tidak mungkin lagi bekerja. Namun, ia bisa melakukan apa yang “mampu” ia lakukan. Ia berdoa dan berpuasa. Umur yang sudah lanjut ditambah dengan predikatnya sebagai janda, tidak mengurungkan niatnya untuk tetap setia kepada Tuhan dalam melayaniNya. Ia mengambil bagian dalam doa dan puasa. Dalam narasi Yesus, ia bahkan menjadi orang yang “memberitakan” Yesus sebagai pembebasan bagi Yerusalem.

Rabu, 23 Desember 2009

Nonton Konser Andra n theback bone





sedikit tentang UKDW-DjogjakaRta






























tentang UKDW daLam gambar








Agama dan krisis ekologis:

Pendahuluan
Krisis ekologis menjadi isu yang sangat penting belakangan ini. Banyaknya kasus pembabatan hutan secara liar dan efek pemanasan global membuat setiap kita mau tidak mau harus berupaya secara aktif terlibat dalam memperlambat efek kerusakan ekologis ini. Planet Bumi yang sedang kita tinggali ini sedang dalam keadaan terancam. Terancam oleh krisis ekologi, krisis lingkungan hidup. Katakanlah pencemaran udara, laut dan darat sampai kepada pemanasan global. Kesemuanya itu mengarahkan kita kepada sebuah keprihatinan bahwa planet kita sedang dalam proses kehancuran. Dan agama harus ikut aktif terlibat!!

Agama (Kristen) dan Krisis Ekologi
Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah ecology. Ecology adalah cabang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik makhluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungannya. Kata ekologi sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos dan Logos. Oikos berarti rumah atau tempat berdiam sedangkan logos adalah ilmu. Jadi ekologi bisa diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik makhluk hidup (pengada insani) dengan sesamanya dan dengan yang tidak hidup (pengada ragawi) atau benda mati (M. Soerjani dan Tusy S. Adibroto: 1989).

Mckibben pernah mengatakan bahwa perkembangan iptek yang begitu cepat ikut ambil bagian dalam memperparah krisis ekologis. Mengapa? Karena teknologi selain memberi kemudahan menimbulkan efek negatif terhadap alam (band. Mckibben: 1991). Teknologi yang dihasilkan tidak memikirkan dampaknya terhadap lingkungan seperti pencemaran udara, air dan industrialisasi yang tidak ramah terhadap lingkungan.

Lynn White pernah mengatakan bahwa kesalahan sebenarnya ada dalam tradisi Yahudi-Kristen. Hal ini disebabkan oleh karena Teks Kejadian 1:26-28 menempatkan manusia sebagai PENGUASA atas semua ciptaan. Dominasi sebagai Penguasa inilah yang menurutnya harus diperhatikan!

Manusia dalam kitab Kejadian mempunyai tugas MENGUASAI (Kej. 1:28) dan MENGELOLA (Kej. 2:15). Akan tetapi kekuasaan ini harus dimengerti sebagai kekuasaan dari sang Pencipta. Artinya sekalipun diberi kekuasaan, tetapi kedudukan manusia dengan ciptaan lain adalah sama (sama-sama yang dicipta /ciptaan). Semua ciptaan adalah BAIK ADANYA!!! Robert P. Borong mengatakan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh manusia adalah KEKUASAAN PERWAKILAN, yang sifatnya terbatas dan harus dipertanggungjawabkan kepada yang pemberi kuasa yaitu Allah (Robert P. Borong: YPPK). Sedangkan kata mengelola (abudah) diartikan sebagai Ibadah dan mengabdi. Maka manusia dalam memanfaatkan alam merupakan bagian dari Ibadah dan pengabdiannya kepada Allah (Robert P. Borong: YPPK).

Kritik Lynn White harus ditanggapi secara positif. Teks ini tidak boleh menjadi alasan bagi manusia untuk menguras sampai habis alam ini dan merusaknya. Allah menginginkan kita menjadi wakilnya, yaitu dalam hal mengelola dan menjaga bumi ini sebagai sebuah bentuk ibadah dan pengabdian kita kepadaNya.

Bagaimana dengan pengaruh Teknologi? Benarkah Ia memberi dampak negatif bagi kerusakan lingkungan berupa krisis ekologis? Kenyataan ini memang ada. Saya tidak harus menjelaskan ini panjang lebar karena dalam kehidupan kita sehari-hari hal ini dapat kita temukan. Contohnya saja Mobil. Mobil mempermudah kita untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi asap yang dihasilkan memberi dampak yang kurang begitu ramah terhadap lingkungan. Ini hanya contoh kecil saja! Apalagi pada awalnya manusia sedikit sekali menaruh perhatian akan alam, dan lebih menekankan bagaimana alam dikuasai (Antroposentris). Sikap antroposentris ini muncul pada masa pencerahan sebagai reaksi terhadap paham teosentris pada zaman pertengahan. Dengan paham ini, manusia adalah pusat segala sesuatu dan ukuran bagi segala sesuatu. Alam hanya dianggap sebagai pelengkap saja.

Teknologi memang memberi manfaat yang tidak sedikit bagi manusia. Namun teknologi yang dihasilkan hendaknya tidak hanya bersifat HUMAN ORIENTED tetapi LIFE ORIENTED, bukan manfaat hanya kepada manusia saja tetapi bagi keseluruhan alam yang kita diami ini (Eka Darma Putra: 2001)

Apa yang bisa kita lakukan?
1. 3M AA Gym
Mulai dari diri sendiri
Mulai dari hal yang terkecil
Mulai dari sekrang

2. Agama yang Pro-Ekologis
Agama (Kristen) diharapkan tidak hanya sibuk dengan urusan akhirat saja. Ibadah yang vertikal harus diimbangi dengan Ibadah Horizontal (sosial). Terkesan bahwa wawasan teologis yang dibangun selama ini hanyalah hal-ihwal yang berkaitan dengan dunia yang akan datang dan kurang memberi respon yang proporsional mengenai masalah keduniaan termasuk permasalah krisis ekologis. Iman eskatologis hendaknya dipahami secara utuh dan menyeluruh yang mengundang kita untuk menjaga alam sekrang ini yang sedang mengemban masa depan, sebuah masa yang kita tuju bersama. Maka menghancurkan alam berarti menjauhkan diri kita sendiri dan kosmos dari masa depan kita bersama. Pemberitaan (dakwah) hendaknya mengajak umat untuk memperhatikan rahim bumi sebagai sumber kehidupan, baik sekarang maupun kehidupan yang akan datang!

3. Teosentris
Allah adalah pusat dari kosmos karena Ialah yang mencipta. Bukan karena kita membutuhkannya (antroposentris), bukan karena ia mempunya hak azasi sendiri (biosentris) dan juga bukan karena ia memiliki nilai intrinsik dimana manusia hanyalah merupakan sub system (ekosentris) (band. Robert P. Borong: YPPK). Tetapi menaruh penghargaan kepada bumi dan alam ini dengan dasar Allah adalah pusat, pencipta tempat tinggal kita-bumi kita.

SenidanTeologi

Perkembangan dan sejarah keKristenan tidak lepas dari pertemuannya dengan budaya-budaya dimana keKristenan itu dihadirkan. Pertemuan tersebut, nyatanya dalam sejarah (sebenarnya) melahirkan sebuah model keKristenan yang sesuaikan dengan konteks budaya setempat. Meskipun di sisi lain kita melihat tidak jarang ataupun sedikit banyak keKristenan yang dihadirkan mengabaikan budaya lokal. Namun, kita juga bisa melihat hal yang sebaliknya bahwa baik bahasa teologis maupun simbol-simbol keKristenan lahir atau setidaknya mendapatkan pemaknaan baru dari simbol lokal. Disinilah Masao Takenaka (selanjutnya Masao) mengatakan bahwa perjumpaan tersebut melahirkan visi baru dan mendengar nyanyian baru, termasuk pertemuan antara iman dan seni. Masao mengatakan “Throughout the history of Christianity, as God’s people encounter the power of the Gospel in each cultural and social context, we see new visions and hear new songs. One sees an exciting correlation between Christianity and culture, and particularly between faith and art.”

Pdt. B.F. Drewes, M.Th (selanjutnya Drewes) mengatakan “Jadi gambar-gambar memang mempunyai makna teologis dan pastoral yang sangat penting. Jangan kita lupa bahwa Allah juga dapat memakai pengalaman visual (melalui indera mata) untuk memanggil seseorang . Artinya gambar juga bisa berfungsi sebagai teks dimana dari gambar-gambar tersebut kita dipanggil untuk menjadi murid-murid Kristus. Kiranya menjadi jelas bahwa gambar-gambar Kristus, dan gambar-gambar lain, mempunyai makna teologis. Jadi tidak hanya melalui kata-kata, melainkan juga melalui gambar-gambar, disampaikan kepada kita beranekaragam kesaksian tentang tindakan Allah, dan reaksi kita dituntut. Dan sama seperti musik, lukisan-lukisan pun dapat menyentuh hati kita secara mendalam.

Tetapi dalam konteks Indonesia (secara khusus di gereja-gereja Protestan), sejauh yang saya amati, penggunaan gambar-gambar yang adalah seni Kristen belum banyak digunakan. Drewes dalam bukunya mengungkapkan kekwatirannya tersebut. Dia mengatakan “sejauh kami lihat, makna teologis dari gambar-gambar, baik gambar-gambar yang biasa maupun hasil seni lukis, pada umumnya belum diperhatikan dalam buku-buku teologi kita”. Dalam catatan kaki dia merujuk kepada beberapa buku teologi yang mencantumkan gambar-gambar tanpa refleksi yang serius mengenai hubungan antara naskah dan gambar.

Hal senada juga diungkapkan oleh Eka Darma Putra (selanjutnya Eka) yang mengatakan “sudah terasa lama kita biarkan seni dan teologi (kristiani) berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya pun amat terasa. Teologi kian gersang bagaikan savanah. Dan seni pun kian dangkal bagaikan sungai-sungai hitam di Jakarta”.
Tentu, dalam pengamatan saya, kekwatiran Drewes dan Eka mungkin tidak terlalu relevan jika kita melihatnya pada saat sekarang ini. Meskipun belum begitu memuaskan, tetapi penggunaaan gambar-gambar menunjukkan peningkatan yang menggembirakan. Katakanlah misalnya buku-buku dari Heuken SJ yang penuh dengan gambar-gambar yang bertalian erat dengan cerita. Saya melihat hal ini justru merupakan sebuah tantangan bagi para teolog-teolog dan orang Kristen, khususnya dari kalangan Protestan sendiri untuk merasa penting menggunakan gambar-gambar dan kemudian menarik refleksi teologis.
Padahal, bagaikan sudah ditakdirkan seni dan agama itu, sepanjang sejarah peradaban manusia, jatuh dan bangun bersama-sama. Pertemuan keduanya telah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Kita bisa melihat bahwa agama sebenarnya punya pertalian yang akrab dengan seni. Y Sumandiyo Hadi mengatakan bahwa “dalam seluruh perjalan sejarah, religi senantiasa berhubungan dengan dan diresapi oleh beberapa unsur estetis”. Bahkan ia menyebutkan bahwa pertalian antara seni dan agama bisa dilihat dalam kepercayaan primitif dan religi yang berbau mistik. . Eka menuliskan demikian: “seni tidak cuma memampukan kita melihat dengan cermat apa yang kita lihat, tetapi juga membuat kita berpartisipasi di dalam apa yang kita lihat. Dengan begitu kita lalu melihat apa yang tidak terlihat. Yang transenden menjadi imanen. Atau lebih tepat: yang imanen lalu mempunyai dimensia transendental. Pada titik inilah seni dan agama bertemu. Teologi menjadi pengalaman artistik. Dan seni menjadi ekspresi teologis.

CRUSCIFIX

Jumat, 18 Desember 2009

beLajar menjadi pembeLa rakyaT


Agaknya bangsa ini perlu banyak belajar

Dari mereka yang mendirikan bangsa ini

Yang dengan lantang dan tanpa pamrih membela

Bangsa dan Negara, membela rakyat tanpa embel-embel

Kekuasan

apalagi dengan menaruh benci kepada sesama

Anak bangsa

Namun apa yang terjadi

Dengan balutan jas dan senyum mereka ingin menipu rakyatnya sendiri

Dengan balutan kata-kata indah mereka berusaha menunjukkan simpati kepada

Rakyat (baca:miskin)

Demi mencapai kekuasan mereka mengobarkan kebencian terhadap lawan politiknya

Mengorbankan trompet kebencian kepada mereka yang dianggap saingan

Ya, mereka adalah selebriti lokal dadakan

Yang terpampang megah disepanjang jalan

Bergelantungan di atas pohon-pohon rimbun

Dengan tanpa malu

Seolah mengatakan kepada khalayak ramai

Pilihlah saya!

Sayalah yang paling jujur, terhormat, tidak korupsi

Dan peduli kepada wong cilik

Tak peduli bahwa itu membuat gerah mata yang melihat

Tak peduli bahwa itu membuat rakyat semakin miris

Yang penting, mejeng bersama istri

Tampil bersama di depan banyak orang

Biar foto

Yang penting orang tau

Bahwa saya bersahaja dan keluarga saya sopan, santun

Dan (mungkin) sakinah

Disaat banjir datang

Rakyat menderita dan mengungsi

Dimana mereka

Bahkan di gedung keadilan itu

Yang bebas dari banjir pun mereka tidak datang

Ada sih yang datang

Datang untuk tidur, datang untuk bergosip,

Datang untuk ngerumpi,

Katanya iwan fals, mereka mirip

Paduan suara, serentak mengatakan “setuju”


Plat unik


Plat unik...TTM itu artinya teman-teman mancing:-D