Jumat, 15 Oktober 2010

Sedikit tentang 'The Six Ways of Being Religious' karya Dale Cannon


Dale Cannon menunjukkan kepada kita 6 jalan ber’agama’. Dia menjelaskan dan mengklarifikasikan bagaimana kita berelasi dengan sebuah “absolute reality’ atau Realitas Mutlak. Ke-6 cara tersebut adalah Ritus suci [ways of sacred rite], tindakan yang benar [ways of right action], devosi [ways of devotion], Pengetahuan atau penggunaan rasio [Ways of Reasoned Inquiry], pencarian mistik [ways of mystical], dan mediasi samanik [Ways of Shamanic Mediation]. Ke-6 cara ini menurutnya dapat ditemukan dalam semua agama di dunia. Ini sebenarnya dilatarbelakangi oleh bagaimana orang mengalami agamanya sendiri sehingga kita mesti empatik dengan mereka yang bergama. Tetapi pada sisi lain, Cannon mencoba mengatakan bahwa itu bisa dilihat dari luar bagaimana orang mengalaminya[atau dalam bahasannya Dale Cannon sendiri disebut 'fusing emphaty and objectivity ] Tetapi bagaimanapun klarifikasi dari Cannon ini membantu kita mengenal cara kita berelasi dengan ‘realitas mutlak’ tersebut.

Ways of sacred rite berfungsi sebagai sebuah tata cara bagi kegiatan-kegiatan agama yang penuh dengan simbol dan semuanya itu merujuk dan berinteraksi dengan ‘realitas mutlak’. Sistem simbol ini mengarahkan manusia kepada realitas mutlak. Jadi ritual tersebut tidak bermakna apa-apa jika tak dihubungkan dengan realitas mutlak. Hal ini misalnya dapat kita temukan pada pelaksanaan ritus gereja oleh kebanyakan pendeta atau pastor, memakai simbol-simbol kristen tertentu atau dalam islam dengan sholatnya.

Ways of right action merujuk kepada penekanan yang bersifat horizontal yaitu kepada sesama. Disini penekananannya adalah bagaimana kita hidup dengan sesama kita dan Tuhan. Jadi bagaimana kita menghidupkan segala macam ritual tersebut dalam kehidupan ‘real’ kita sendiri. Jadi penekanannya kepada perilaku sebagai orang yang bergama.

Ways of devotion merujuk kepada bagaimana sikap kita untuk dengan ketaatan dan hati yg tulus untuk memuji Tuhan. Jadi, ada sebuah sikap dari pemeluk agama yang begitu besar untuk taat kepada realitas mutlak. Kesungguhan dan rasa cinta membawa mereka kepada pengakuan dan penyerahan total kepada realitas mutlak.

Ways of Reasoned Inquiry adalah mereka yang selalu memakai akal mereka untuk mengerti ‘realitas mutlak’ dan segala sesuatu yang terhubung dengannya. Mereka menanyakan dan kemudian menjelaskannya. Di dalam islam misalnya kita mengenal fiqih [menggunakan akalnya].

Mereka yang melalui Ways of mystical melakukan pencarian dengan sebuah sikap batin yang terkadang yang irrasional. Mereka berusaha mengatasi kegelisahannya dengan jalan ‘membatin’. Di dalam kristen kita mengenal banyak tokoh mistik yang sangat menaruh perhatian kepada sikap batin dan pengalaman tersendiri dengan realitas mutlak. Di islam kita mengenal ilmu tasawuf.

Yang terakhir adalah Ways of Shamanic Mediation. Mereka yang melalui jalan ini akan terhubung dengan realitas mutlak dengan melakukan berbagai macam sumber-sumber supranatural sebagai medianya. Mereka biasanya adalah dukun dan orang pinter.

Cannon menyediakan peta bagi kita untuk melihat keanekaragaman bahkan dalam setiap agama. Sehingga dengan itu kita dapat menunjukkan sikap empati kita pada setiap kecenderungan yang ada, entah dengan mereka yang sama beragama dengan kita entah dengan yang berbeda. Karena pada kenyataannya, kita menemukan kecenderungan yang berbeda dalam mendekati ‘realitas mutlak’.

Jadi di sini kita melihat bahwa ada orang-orang tertentu yang menjadikan salah satu jalan sebagai identifikasi jalan yang ia tempuh [dominan], tetapi dia sendiri menggunakan jalan lain yang mungkin tidak begitu utama atau sub way [pendukung]. Jika demikian yang terjadi maka proses pengenalan akan diri sendiri akan sangat menentukan bagi seseorang ia lebih cenderung mengikuti jalan yang mana. Dalam hal ini harus ada semacam otobiografi yang berguna untuk memahami diri sendiri dan faktor apa yang menyebabkan kita cenderung dimana. Misalnya, seorang teman saya percaya bahwa adalah perbuatan yang benar adalah jalan untuk terhubung dengan realitas mutlak. Setelah berdialog dengannya saya menemukan bahwa kecenderungan seperti itu disebabkan oleh karena kedua orang tuanya sudah sejak lama hidup dan bekerja di dunia LSM. Maka tak heran, jika didikan dan bentukan lingkungan ikut menentukan [meski bukan satu-satunya yang menentukan]. Namun terlepas dari itu, Cannon membantu kita memahami bagaimana kita terhubung dengan realitas mutlak tersebut.

2 komentar:

  1. wah kamu masih inget yah dis pelajaran spiritualitas aku udah gak inget hehehe..btw its so reflektive good job.. ^^

    BalasHapus
  2. apa kabar kak Abdiz di sana?? Gak peduli modelnya seperti apa, cuma kepo aj kalo di sana orang2 pada ngapain yakk?? Hehehe. But overall, thanks buat ulasan singkat nan berbobotnya kak. Salam buat Tuhan Yesus

    BalasHapus