Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengaku percaya kepada TYME. Hal itu jelas dijadikan sebagai dasar berpijak bagi bangsa ini dengan mencantumkan pengakuan itu dalam Pancasila sebagai dasar negara. Penegasan tersebut merupakan proklamasi bagi siapapun dan negara manapun di dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Maka tidak heran cirikhas keagamaan tersebut terlihat dalam sebagian besar peristiwa, kegiatan dan perjalanan bangsa ini. Pemuka agama menjadi orang yang dianggap sebaga penuntun
Agama Abraham baik Islam, Kristen dan Yahudi yakin bahwa hakekat manusia akan berakhir dan akan masuk ke dalam masa penentuan kehidupan baru. Mereka percaya bahwa dunia ini akan fana dan berakhir dan konsep akan dunia yang baru, dunia yang tidak akan fana telah menunggu. Hal ini telah menjadikan banyak penganut agama di negara ini untuk berlomba beramal, berbuat baik dan memperbanyak doa dan ibadah. Tujuannya satu, ingin menjadi warga negara dari dunia yang baru yang tidak fana tersebut.
Hal ini secara sadar maupun tidak telah menentukan mindset berpikir manusia beragama di negara ini. Dunia ini akan fana oleh karena itu tidak perlulah terllu menjaga dan mememlihara dunia ini. Bukankah dunia yang kita tinggali ini jahat? Konsep berpikir eskatologis ini membuat kita mengesampingkan pemeliharaan alam. Kita serta merta dan tanpa pikir panjang menguras habis kekayaan alam negri ini, termasuk hutan. Kita berpikir bahwa hutan yang disediakan Tuhan merupakan persediaan yang sengaja diberikan Tuhan kepada kita dan oleh karena itu kita harus menghabiskannya, tanpa lagi berpikir dan berbuat untuk mengelolanya dengan baik dan memeliharanya dengan baik. Maka benar apa yang dikatakan oleh Mahatma Gandi bahwa dunia ini cukup untuk mensejahterakan seluruh umat manusia, tetapi tidak cukup untuk melayani kerakusan. Dunia ini memang dijadikan oleh Tuhan dan dimaksudkan sebagai bagian dari kesalingtergantungan manusia akan alam. Namun manusia yang rakus dan tamak telah menjadikan alam ini sebagai objek pemuas hawa nafsu, demi merauk kekayaan pribadi semata. Tidak heran jika kerakusan ini akhirnya berimbas pada ketidakadilan dan ketidaksejahteraan masyarakat. Mengapa? Karena alam yang tadinya disediakan untuk semua orang, sekrang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang punya kekuasaan akan alam tersebut. Tentu saja dengan hawa nafsu, kerakusan dan ketamakan.
Maka dalam hal ini, peran pemuka agama sebagai penuntun tadi diharapkan dapat turut aktif dalam memberikan pemahamam akan konsep berpikir yang mengesampingkan keberpihakan pada alam. Benar bahwa dunia ini akan fana tetapi apakah menguras habis isi alam dan hutan ini adalah benar. Arah misi agama seharusnya lebih kontekstual. Hutan kita sudah rusak, maka konsep misi agama kita seharusnya diarahkan pada keberpihakan pada hutan. Bukankah Tuhan senang apabila ciptaannya dipelihara dengan baik? Misi vertikal dimana Tuhan dijunjung tinggi dengan ibadah dan doa seharusnya perlu diimbangi dengan Misi Horizontal yaitu kepedulian terhadap sesama termasuk kepada alam ciptaan Tuhan.
sumber gambar: pixabay.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar