Jumat, 02 April 2010

Tirai baiT Allah terbelah: sebuah dialog Paskah dadakan


Dalam sebuah dialog pada kuliah Teologi dan etika politik, Pdt. Paulus S. Widjaja Ph.D sebagai dosen pengampu mata kuliah menceritakan hal yang menarik bertalian dengan suasana penyaliban Yesus.

[dialog berikut hasil ciptaan saya sendiri yang artinya ndak persis seperti ini. Saya hanya mau menyampaikan inti dialog waktu itu]


“...saya mendapatkan gagasan ini dari C.S. Song. Apa yang menarik dari kisah penyaliban Yesus yang selama ini bahkan tidak pernah dikhotbahkan?” kata Pdt. Paulus.

“apa ya? Ya, mungkin 7 perkataan salib, pak” sahut salah seorang dari kami.

“apalagi?” tanya pdt. Paulus lebih lanjut.

“dialog dengan orang berdosa” teman di sebelah saya menjawab.”

“Perkataan seorang tentara yang mengatakan bahwa ‘sungguh Dialah anak Allah’”.

“ibu dan saudara-saudaranya yang berada di kakinya”.

“hm, apalagi, ayo” tanya pdt Paulus lebih lanjut.

“suasananya kali ya Pak. Gelap, kayak mau turun hujan...mungkin gerimis” jawab teman saya yang dari tadi diam. Mendengar jawabannya semua pada tertawa.

“iya, suasananya. Trus pada saat itu apa yang terjadi?”.

“terbelahnya bait Allah pak”. “hah, terbelahnya bait Allah....hmm, kamu belum pendeta. Ndak apa2” kata pdt Paulus. “ya sudah benar, tetapi yang terbelahnya apa?”.

“tirainya pak yang terbelah, bukan baitnya” seorang teman berusaha meluruskan.

“ya, tirai bait Allah terbelah” pdt Paulus menegaskan.

“nah, apa yang menarik dari terbelahnya tirai tersebut? Yang menarik adalah bahwa ditinjau dari sisi penafsiran dengan menggunakan pendekatan Historis Kristis, ternyata bahan yang digunakan sebagai tirai bait Allah, yang membatasi orang awam dan imam, yang terbelah pada saat penyaliban Yesus adalah terbuat dari kain Tenda” pdt Paulus menjelaskan.

“Kain tenda biasanya digunakan untuk apa? Untuk pengembara waktu itu. Fungsinya apa?”

“melindungi pak” jawab temanku.

“ya, apalagi?”

“supaya ndak kena hujan kali ya pak atau kalau tuh tenda dipakenya siang hari ya supaya ndak kena sinar matahari. Kan bisa dehindrasi” jawab temanku yang kadang ngelantur jawabannya.

“ya, fungsi kain tenda adalah sebagai tempat tinggal ketika kita sedang dalam pengembaraan, tempat yang nyaman bagi kita untuk berkumpul dengan keluarga atau teman-teman. Melindungi kita dari debu, dinginnya malam dan panasnya matahari. Jika tenda robek, apa artinya itu?” tanya pdt Paulus.

“ya, ndak nyaman lagi, pak.”

“ya, siapa yang di dalam tenda dan siapa yang diluar sudah tidak ada bedanya lagi. Sama. Kami dan mereka, kamu dan aku tidak lagi ada pembatasnya. Dengan robeknya tenda, itu berarti tidak ada lagi rasa nyaman, dan ndak ada lagi yang melindungi kita dari debu dan panas. Intinya pembatas hilang dan kita ndak merasa nyaman lagi untuk bernaung di bawah tenda”

“maka, peristiwa penyaliban terhadap Yesus adalah peristiwa bukan hanya saja bahwa kita bisa secara langsung menghadap Tuhan [vertikal, ruang imam dan awan tidak ada lagi] sebagaimana yang sering dikhotbahkan selama ini, tetapi juga secara horizontal, sosial, peritiwa penyaliban Yesus membawa makna bahwa semua kenyamanan yang ada selama ini dirobek. Sekat-sekat sosial yang selama ini ada dihancurkan".

"Kalau anda merasa lebih nyaman untuk hidup dengan yang satu suku dengan anda, maka sekarang anda hidup dengan suku lain. Etnis Batak dengan etnis jawa, etnis jawa dengan etnis Tionghoa. Tidak ada lagi sekat. Nyaman. Bisa ya bisa tidak. Mungkin ndak nyaman. Ya. Tetapi itulah yang diinginkan Yesus. Kenyamananmu yang selama ini kamu hidupi itulah yang membuat kamu tidak mau hidup dengan yang berbeda dengan kamu. Kenyamaman ini yang membuat kita curiga dengan orang lain sehingga enggan bersahabat dengan yang berbeda dengan kita. Dengan robeknya tirai tersebut, kenyamanan kita terganggu dan bahkan kita sekarang diajak berbagi dengan mereka yang berbeda dengan kita, entah etnis, budaya, bahkan agama.” Jelas pdt Paulus.

Maka makna Paskah juga bermakna sosial. Semua sekat yang selama ini menghalangi kita bergaul dan bersahabat dengan yang berbeda dengan kita dihancurkan oleh peristiwa penyaliban Yesus. Sekat-sekat sosial diruntuhkan, agar kita tidak lagi menjadikan etnis, budaya dan agama sebagai hal yang membatasi kita untuk hidup, bergaul dan bersahabat. Selama paskah!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar