Minggu, 04 April 2010

Paskah: mengubah diri sendiri


Dalam sebuah khotbah Paskah beberapa tahun yang lalu seorang pendeta dengan suara yang lantang dan keras dan dengan perasaan bangga [kelihatan dari bahasa tubuhnya] ia mengatakan bahwa kita harus mengubah dunia karena Yesus sudah mengubah dunia dengan kematian dan kebangkitannya. Lalu ia mengajak mereka yang mendengarnya [ya, waktu itu kelihatannya ada juga orang yang ndak mau dengar khotbahnya karena sibuk dengan dirinya sendiri dan teman sebelahnya alias ngerumpi…jdi bagi para pendeta, suara anda yang keras ndak menjamin orang mendengar anda..heheh], agar kita juga mau mengubah dunia. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tugas untuk mengubah dunia adalah sebuah kewajiban karena jika kita tidak mengubah dunia kita telah menyia-nyiakan pengorbanan Yesus.


Saya tidak tahu apakah benar apa yang dikatakan pendeta tersebut. Yang jelas, timbul pertanyaan dalam hati saya apakah benar bahwa kita diajak oleh Yesus untuk mengubah dunia. ”wah, dunia ini besar lho, mas” sahut temanku. ”jadi pepatah yang mengatakan bahwa dunia ini tak selebar daun kelor ada benarnya. Lha kalo cuman selebar daun kelor, tanpa disuruh juga aku mau mengubah dunia. Tetapi kenyataannya...seluas samudra, sedalam lautan, setinggi gunung, dan .....”. Lanjutnya. ”dan apa?”. ”dan seterusnya mas. hahahah” Pertanyaan lain yang muncul dalam hati saya adalah apakah benar itu sebuah kewajiban? Apakah benar pengorbanan Yesus akan sia-sia jika saya tidak mengubah dunia. Hm...lalu saya berpikir dalam hati bagaimana caranya saya mengubah dunia? ”pendetanya jelasin ndak caranya mengubah dunia” tanya temanku. ”maksudmu?”ya, dia ndak jelasin poh langkah-langkah mengubah dunia...ya kayak manual guide gitu lah” lanjutnya. ”ndak e, dia cuman teriak dan teriak agar kita mengubah dunia” jawabku. ”walah, itu pendeta mbok ya jelasin detail..lha kalo gini kan aku juga yang pusing” katanya. ”lha, lho kok kamu yang pusing?” tanyaku ke dia penuh keheranan. ”ya, iyalah, kalo lo pusing kan aku juga yang susah harus berdialog dengan orang pusing kayak kamu...hahahah”


Sikap pendeta itu sebenarnya mewakili banyak hamba Tuhan dan jemaat dalam menanggapi pengorbanan Yesus. Mereka merasa harus mengubah dunia yang gede dan besar ini. Salah? Ndak sih. Salah sih ndak, tetapi justru itulah yang menurut saya akhirnya kita ndak pernah mau bersedia untuk mengubah dunia itu sendiri. Karena kita berpikir bahwa kalau mau menanggapi kematian dan kebangkitanNya, kita mesti harus mengubah dunia ini, melakukan hal-hal besar..pokoke proyek-proyek besar, penginjilan masal, pembabtisan masal....akhirnya ada dua sikap yang muncul: yang pertama, militan ekstrim karena ”merasa wajib” untuk mengubah dunia, ia lalu memandang negatif semua orang dan dunia sebagai sarang dosa dan kafir yang harus ditobatkan. Yang kedua, pesimis. Wah, kalau dunia sebesar gini, gmana mau mengubah dunia. Mustahil. Mendingan tidur saja, kan lebih enak dan nyaman.


Ada ilustrasi yang menarik dari de Mello. Ilustrasinya berjudul ” Mengubah dunia dengan mengubah diriku”.

Sufi Bayazid bercerita tentang dirinya seperti berikut ini: 'Waktu masih muda, aku ini revolusioner dan aku selalu berdoa: Tuhan, berilah aku kekuatan untuk mengubah dunia!'

'Ketika aku sudah separuh baya dan sadar bahwa setengah hidupku sudah lewat tanpa mengubah satu orang pun, aku mengubah doaku menjadi: 'Tuhan, berilah aku rahmat untuk mengubah semua orang yang berhubungan denganku: keluarga dan kawan-kawanku, dan aku akan merasa puas.'

'Sekarang ketika aku sudah menjadi tua dan saat kematianku sudah dekat, aku mulai melihat betapa bodohnya aku. Doaku satu-satunya sekarang adalah: 'Tuhan, berilah aku rahmat untuk mengubah diriku sendiri.' Seandainya sejak semula aku berdoa begitu, maka aku tidak begitu menyia-nyiakan hidupku!'

Setiap orang berpikir mau mengubah umat manusia. Hampir tak seorang pun berpikir bagaimana mengubah dirinya.

Lebih baik bukan apa yang dikatakan de Mello. Mulailah mengubah diri anda sendiri. Kalau setiap orang mau menanggapi kematian dan kebangkitan Yesus dengan mengubah dirinya sendiri terlebih dahulu, bukankah itu akan menjadikan dunia yang katanya penuh dosa ini menjadi lebih baik. Bisa aja berpikir mau mengubah dunia..tetapi mulailah dari diri anda. “ya, makanya jangan tidur terus mas” ejek temanku. Selamat paskah [lagi] dan selamat mengubah diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar