Minggu, 17 Juli 2011

Pantaskah kaum puritan disebut puritanisme agama?

Mereka yang menyebut diri sebagai puritan agama mengklaim diri sebagai gerakan yang paling benar dan murni. Puritan berasal dari kata pure yang berarti murni. Oleh Leonard Held dalam bukunya Jujur Terhadap Pietisme: Menilai Kembali Reputasi Pietisme dalam Gereja mengatkan bahwa isilah ini dipergunakan sekitar tahun 1560 untuk satu aliran yang dianggap terlalu keras. Aliran ini menganggap diri sebagai yang murni dibanding dengan gereja resmi waktu itu. Lebih lanjut Held juga menuliskan bahwa aliran ini sangat menekankan peranan alkitab dibanding dengan tradisi gereja yang waktu itu memang menjadi ciri khas dari gereja resmi.

Hal ini sejalan dengan apa yang dituliskan oleh A.M Hendropriyono dalam bukunya Terorisme. Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam mengatakan bahwa ‘puritanisme merupakan aliran keras yang terdapat dalam gereja Anglikan Inggris pada abad ke-16. Kaum puritan ingin membesihkan atau mempurifikasi gereja dari sisa-sisa pengaruh agama katolik yang telah dimusuhinya’. Jadi sudah sejak abad ke-16, puritanisme agama muncul. Namun dalam perkembangannya istilah ini kemudian mewarnai gerakan keagamaan dalam semua kelompok yang ingin mengembalikan kemurnian agama. Biasanya kelompok ini menafsir kitab sucinya secara literal dan a-historis.

Gerakan puritanisme agama berusaha ‘menggeser’ pandangan-pandangan yang berlawanan dengan mereka.. Biasanya kata yang keluar dari kelompok ini untuk menggeser pandangan yang lain adalah ‘kafir’, sesat dan bid’ah. Inilah kata yang dipakai sebagai labelisasi kelompok yang berbeda dengan mereka. Padahal, kaum puritan sendiri juga ‘menafsir’ dari kacamata mereka. ‘Kemutlakkan’ sebenarnya hanyalah merupakan pembenaran terhadap keyakinan mereka. Inilah makanya puritanisme agama lebih dekat dengan istilah fundamentalisme agama yang ingin mengembalikan agama pada sesuatu yang dasar atau fundamen.

Puritanisme agama sebenarnya hanyalah ortodoksi yang berlebihan dari sebuah persepsi dan bukan kebenaran itu sendiri. Maka kalangan puritan atau pemurnian agama ini sebenarnya tidak pantas disebut puritan karena ia hanya mempersepsikan sesuatu berdasarkan ‘enggel’ atau sudut pandang keyakinan sendiri. Contohnya: jika saya menganggap bahwa gajah itu adalah ekornya, itukan sebenarnya hanya persepsi. Karena ekor sebagai gajah hanyalah interpretasi dari seekor gajah. Inilah yang oleh kalangan puritanisme agama disebut sebagai puritanisme atau pemurnian. Padahal dasar klaim mereka hanyalah dari sebuah persepsi dan bukan kebenaran itu sendiri.

Maka dari itu, tidak pantaslah menurut saya menyebut kaum puritan sebagai gerakan puritanisme agama. Karena bagaimana pun gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap kelompok-kelompok lain yang ada di luar dirinya dan juga pengaruh perkembangan manusia itu sendiri dengan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Juga karena kelompok ini tidaklah berbeda dengan yang lainnya yang juga melahirkan ‘keyakinan’ atas dasar persepsi dan tafsir atas kebenaran itu sendiri.

Kelompok-kelompok keagamaan lain haruslah dipandang sebagai wahana-wahana keselamatan dari Allah yang mengambil bentuk yang berbeda dalam setiap agama. Perbedaan sudut pandang melahirkan pula gagasan dan konsep yang berbeda dari kebenaran itu sendiri. Maka perbedaan haruslah dipandang sebagai sesuatu yang menggembirakan.

sumber gambar: pixabay.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar