Minggu, 21 Maret 2010

Hidup sebagai sebuah narasi


Kedua mata kami memandang ke arah mereka. Kedua orang tua itu terlihat santai sekali di usia mereka yang sudah tidak muda lagi. Sepertinya mereka menikmati hidup mereka….

Hal ini membuatku berpikir tentang satu hal. Cerita. Ya cerita. Mungkin dalam istilah lain, ia dikenal dengan istilah ”narasi”. Tapi maaf, yang saya maksud bukan hanya sekedar narasi dalam pengertian sastra. Narasi yang saya maksud lebih dari sekedar kajian sastra. Narasi yang saya maksud adalah tentang apa cerita itu sendiri dan bagaimana sebuah narasi diceritakan. Maka dalam pengertian ini, narasi adalah sesuatu yang bergerak dalam ranah kehidupan manusia bahkan menyejarah. Narasi bertalian dengan hidup kita, tentang apa yang telah kita goreskan dalam bentuk yang tidak hanya sekedar penggalan-penggalan lepas. Ia membentuk keber”ada”an kita dan membuat kita meng”ada” seperti sekarang ini. Maka narasipun lebih dari sekedar penceritaan tentang cerita itu sendiri, tetapi lebih jauh ia, yang dalam bahasanya Heiddeger, dasein, ke”mengada”an kita sendiri.

Kita hidup dari narasi yang telah, sedang dan akan kita bentuk. Kita menyusun setiap narasi-narasi pendek menjadi sebuah narasi kehidupan yang tentunya lebih bermakna. Ketika kita pertama kali hadir dalam dunia, kita memulai tahap penulisan diri kita sendiri. Tentu dalam tahap itu, narasi kehidupan kita lebih banyak dibentuk oleh orang tua dan keluarga kita. Tetapi, pada akhirnya kitalah yang seharusnya lebih banyak membentuk narasi hidup kita sendiri. Kita harus masuk dalam kesadaran ini. Tujuannya adalah agar keber”ada”an kita di dunia tidak sekedar mengada tanpa proses sadar akan diri sebagai bagian dari dunia. Kita ada, dengan eksistensi kita, dengan segala ke”unik’kan kita, maka adalah hal yang wajib bagi kita untuk bertindak membentuk narasi hidup kita sendiri.

Penglihatan kami waktu itu menyadarkanku betapa kedua orang tua itu telah melalui banyak narasi-narasi hidup. Kemengadaan mereka sekarang tentunya dibentuk oleh narasi yang telah mereka lalui. Narasi sebagai pembentuk hidup membawa mereka pada kondisi yang damai dan bahagia. Mungkin lho. Kami hanya mengamatinya dari luar. Namun satu hal yang membuat aku sadar, bahwa kita hidup dalam sebuah narasi, dimana kitalah yang membentuknya sendiri. Kita ingin bagaimana dalam dunia, masuklah dalam proses renungan dan reflektif yang terus menerus tentang diri anda sendiri, agar dengan demikian, kita bisa membangun narasi yang lebih baik tentang diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar