Kamis, 14 Januari 2010

Keseimbangan: Pelayanan untuk Tuhan (Lukas 10:38-42 dan Yohanes 11:1-44)


Kisah Maria dan Marta adalah sebuah kisah yang menarik. Mengapa? Karena dalam bagian ini diceritakan mengenai bagaimana sambutan terhadap Yesus dilakukan. Marta menyambut Yesus dengan menyediakan jamuan bagiNya, sedangkan Maria, saudaranya lebih memilih duduk dekat Yesus dan mendengarkan Yesus berbicara.


Banyak orang menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh Marta adalah sesuatu yang tidak benar oleh karena ia lebih mementingkan masalah yang sifatnya “duniawi” ketimbang mendengarkan Yesus. Hal ini menyebabkan orang lebih memilih sambutan dengan cara Maria dan mengabaikan sambutan Marta. Tetapi apakah hal demikian benar?


Perlu diingat bahwa Yesus dan para muridNya sedang dalam perjalanan (ayat 38). Tentunya, adalah hal yang wajar ketika Marta menyambut mereka dengan mempersiapkan jamuan (diakoni,an: pelayanan meja). Tentu apa yang dilakukan Marta berhubungan erat dengan makanan dan minuman, karena Yesus dan para murid tentunya telah lelah dalam perjalanan.


Maria lebih memilih untuk duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkanNya (ayat 39). Hal inilah yang menyebabkan Marta merasa bahwa Maria tidak membantuNya (ayat 40). Agaknya kesibukan Marta tidak menjadi kesibukan saudaranya Maria. Namun, atas permintaan Marta agar Yesus menyuruh Maria membantuNya, Yesus berkomentar bahwa Marta “kuatir” dan menyusahkan diri dengan banyak perkara (ayat 41). Dia melanjutkan bahwa Maria “telah memilih bagian yang terbaik” yang tidak akan diambil padaNya (ayat 42).


Namun narasi Injil Yohanes memberi kita petunjuk lain. Anggapan bahwa Marta hanya terikat dengan “perkara” duniawi, nyatanya tidak sepenuhnya benar. Justru pada bagian tentang cerita Lazarus nampak bahwa Marta adalah orang yang tidak hanya peduli dengan “perkara duniawi” saja, namun ia juga memiliki iman yang luar biasa. Dalam ayat 20 diceritakan bahwa Marta pergi mendapatkan (u`ph,nthsen: ia pergi menjumpai Yesus) Yesus sedangkan Maria tinggal di rumah. Bahkan imannya membawa ia pada pengakuan percaya akan kemesiasan Yesus (Yohanes 11:27). Pengakuan Marta ini tentu saja luar biasa. Kita masih ingat dengan pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias. Namun kali ini, yang mengatakan hal itu bukanlah Petrus (laki-laki) namun seorang perempuan, yang menyediakan diri untuk melayani kebutuhan perut Yesus dan para murid ketika mereka sedang kelelahan. Pengakuan itu bukan keluar dari mulut Maria yang justru menghabiskan waktu mendengarkan perkataan Yesus.


Kelihatan bagi kita bahwa Marta bukanlah orang yang tidak menyediakan diri untuk mendengarkan Yesus. Pelayanannya dengan menjamu Yesus dan para murid adalah hal yang bisa ia lakukan. Namun, dalam kaitannya dengan itu, perkataan Yesus kepada Marta bahwa ia terlalu kuatir dan terlalu sibuk hanyalah untuk mengingatkan bahwa Marta juga harus menyediakan waktu untuk mendengarkan Yesus. Dalam Yohanes 11 kita melihat bahwa Marta justru punya iman yang luar biasa kepada Yesus lewat pengakuanNya bahwa Yesus adalah Mesias.


Banyak orang, termasuk perempuan memahami pelayanan. Dua model di atas setidaknya menggambarkan hal itu. Ada orang yang sibuk dengan pelayanan di gereja dan mengabaikan perkara-perkara jasmani. Ia menghabiskan waktu untuk pelayanan sehingga ia tidak punya waktu lagi untuk keluarganya sendiri, teman dan sesama. Namun disisi lain, ada juga orang yang lebih mementingkan hal yang sifatnya jasmani dan melupakan pelayanan untuk Tuhan. Partisipasi aktif dalam pelayanan gereja tidak menjadi kepedulian kelompok ini. Mereka mengatakan bahwa dengan melayani keluarga, terlibat dalam berbagai aktiftas sosial cukup untuk melayani Yesus.


Betul bahwa semua itu dilakukan untuk melayani Yesus. Pelayanan, baik yang sifatnya di gereja maupun di luar gereja seharusnya di arahkan untuk Tuhan. Namun dalam kenyataanya ada banyak orang yang “dikuasai” oleh kesibukannya. Ia terbawa dalam hawa nafsu untuk setiap hari telibat dalam perkara duniawi sehingga lupa meluangkan waktu untuk mendengarkan Tuhan.


Yang diinginkan Tuhan adalah keseimbangan. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang seimbang. Ibu Teresa adalah contoh yang baik untuk hal ini. Ia pernah mengatakan bahwa yang menyanggupi ia melakukan pelayanan kepada orang miskin adalah spirit dari doa yang setiap pagi ia panjatkan. Ibu Teresa menyambut Yesus dalam diri orang miskin lewat tindakan sosialnya dan doa di pagi hari untuk mendengarkan suara Yesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar