Kamis, 09 September 2010

Keinginan Tuhan saja tak terwujud, apalagi kita manusia

Ada yang menarik ketika kita membaca kitab Perjanjian Pertama khususnya ketika kita membaca kisah penciptaan. Kisah penciptaan yang mengisahkan tentang ‘refleksi’ tentang asal-muasalnya dunia ini beserta isinya, menunjukkan bahwa Tuhanlah yang meng’ada’kan semuanya ini, termasuk kita manusia. Refleksi yang mengantarkan manusia kepada pengakuan kemahakuasaan Tuhan inilah yang menarik untuk diperhatikan.

Disana kita membaca bahwa Tuhan menciptakan dunia ini dalam 6 hari dan pada hari ke 7 ia beristrahat. Yang menarik untuk diperhatikan adalah bertalian dengan penciptaan manusia yang disebutkan ‘segambar dan serupa’ dengan Tuhan. Segambar dan serupa dengan Tuhan ini banyak ditujukan kepada manusia sebagai ciptaan yang sempurna dan lebih baik dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Bahkan dikemudian hari banyak orang menyalahartikan ke’segambaran dan keserupaan’ ini sebagai bentuk ‘kekuasaan’ dan kesewenang-wenangan manusia terhadap ciptaan lain.

Bahkan kalau kita melihat teks selanjutnya, kita diantarkan pada pengesahan kuasa, kesewenang-wenangan kalau tidak disebut ‘dominasi’. Mulai dari hak memberi nama sampai kepada perkataan ‘....kuasailah dan taklukanlah itu’. Kata-kata ini, oleh banyak yang peduli kepada ekologis melihat bahwa teks ini telah disalahgunakan oleh mereka yang berusaha untuk menaklukan bumi sehingga rusak sampai sekarang. Keistimewaan lainnya dari manusia yang segambar dan serupa dengan Allah ini juga adalah mereka bisa masuk ke dalam taman firdaus, meskipun dengan catatan bahwa mereka tidak boleh ‘memakan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat’.

Namun apa yang terjadi kemudian? Manusia justru melanggarnya. Larangan untuk tidak memakan buah pengetahuan itu telah mengantarkan manusia kepada perlawanan dan penentangan akan perintah Tuhan yang justru telah menciptakan mereka. Apa yang diharapkan oleh Tuhan pada diri manusia yang diciptakan lebih baik dari yang lain itu justru sekarang berbalik melakukan perlawanan kepada perintah Allah. Apa yang dilakukan oleh sang empunya taman? Ia lalu mengusir manusia dan menghukum mereka. Mirip semacam kutukan, yang akan menyertai manusia di segala abad dan tempat. Manusia yang tadinya isitmewa di hadapan Allah, skarang justru terusir oleh yang menciptakannya sendiri.

Apa yang terjadi dengan proses penciptaan tersebut? Apakah Allah salah telah menciptakan manusia? Apakah Allah salah menempatkan manusia sebagai ciptaan yang istimewa dan sempurna sehingga keistimewaan itu membawa manusia pada sikap tak hormat kepada sang pencipta? Saya tak tahu. Hanya Allah sendiri yang tahu apa yang terjadi dengan ciptaannnya itu.

Namun yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa keinginan dan harapan Allahpun juga ‘bisa’ tak tercapai. Ia mengharapkan sesuatu yang baik dengan ciptaannya tetapi apa yang terjadi, ciptaannya sendiri sekarang berubah menjadi yang menghancurkan. Ciptaan yang pada awalnya Ia lihat sebagai ciptaan yang ‘sungguh amat baik’ ternyata tidak. Bahkan kalau kita melangkah pada teks-teks setelahnya kita melihat bagaimana manusia justru dengan teganya melakukan pembunuhan kepada manusia lain. Setidaknya hal ini melukiskan bahwa keinginan Allah tak terwujud. Ia berharap yang baik tetapi nyatanya tidak. Ia berharap bahwa Ia akan melihat ciptaannya manusia akan patuh dengan perkataannya, tetapi nyatanya tidak. Keinginan Allahpun kadang tak terkabulkan.

Keinginan kita kadangkala membuat kita stress, marah, dan bahkan jatuh pada penyalahan Tuhan dan kadang penyalahan setan. Kita tidak bisa menerima kalau keinginan kita tak terwujud. Apalagi kalau kita sudah pasang target, kita bisa lebih marah dan stess. Andaikan kita tahu bahwa Allah sendiri, dalam hubungannya dengan manusia kadang kala tidak terwujud oleh kebebalan manusia, maka kita seharusnya bersikap rendah hati terhadap apapun yang kita terima. Karena dalam hidup ini, keinginan yang baik kadangkala dalam realitasnnya justru tak terlihat bahkan mungkin jauh lebih menyakitkan.

Senin, 06 September 2010

Hidup tak Mudah

Aq tdk pnh memimpikan perjalanan tnp pertikaian, amarah,masalah tp aq meminta
HATI YG LUAS UNTUK MENAMPUNG SEGALA HAL,
HATI YG JERNIH UNTK MEMANDANG SGL HAL SHG MENGALIRLAH CINTA YG MEMBUAT KITA BAHAGIA,
SLG MENGHORMATI DAN PERCAYA
BHKAN KETIKA HDP TERASA TAK MASUK AKAL... [dee, 6 september 2010]


Kamis, 02 September 2010

Doa Kebijaksanaan

TUHAN,
berikan aku kekuatan
untuk mengubah
apa yang mungkin aku ubah.

Berikan aku kerendahan hati
untuk menerima
apa yang tidak mungkin diubah.

Dan berikan aku
kebijaksanaan
untuk membedakan
kedua-duanya.

(F. Oetinger)



Jumat, 16 Juli 2010

Kita tak lebih baik dari Ari*L

Kasus video Ari*l dkk sentak membuat orang2 yang hidup di atas tanah ibu pertiwi ini kaget dan marah. Marah karena video itu tak bermanfaat dan malah [katanya] membuat generasi penerus bangsa ini yang masih muda belia [akan] mengalami [katanya] degradasi moral. Bangsa yang menempatkan sila ke”Tuhan”an sebagai sila pertama mendadak sibuk, bahkan Pre**den SiBuYung pun ikut berceloteh ria dengan gayanya yang munafik, bersikap bahwa hal itu ndak senonoh. Semua menghakimi Ari*l. Semua tak suka videonya Arie*l. Tak terkecuali kaum agamawan yang sok soleh bak malaikat setengah Tuhan. Hmm....


Saya sendiri sih ndak kaget dengan video macam begini. Ribuan kasus yang sama telah terbukti hanya menyita waktu dan energi. Mungkin hal ini tak berlaku bagi para penikmat gosip. Bagi mereka, Videonya Arie* dkk adalah hal yang patut untuk diperbincangkan dan didiskusikan [efek positif dari gosip katanya adalah berlatih untuk berdiskusi..hahahaha]. hanya saja, sosok Ari*l dkk sebagai publik figur tentu punya nilai lebih. Apalagi [katanya] videonya diproduksi sendiri [wah, mumpung pemerintah sedang menggalakkan tahun kreatif bukan?].

Media punya peran yang sangat besar dalam menentukan seberapa jauh videonya Ari*l ini akan menjadi bahan perbincangan dan olok-olokkan dalam masyarakat. Jika media terus menerus menayangkan berita ini, tentu selama itu masyarakat yang sudah terbiasa akrab dengan kota box hitam ini akan terus-menerus mengkonsumsi berita tersebut.


Tanpa menghakimi, media saya kira sudah seharusnya mulai berpikir untuk menayangkan berita-berita dan info yang berbobot, berkualitas dan bijak, bukan hanya karena pertimbangan ranting semata. Apalagi, ketika video ini menjadi bahan berita bagi media, mulailah dihubungkan video mesum lain yang terjadi di sudut-sudut tanah ibu pertiwi. Dengan gampangnya media kemudian menanamkan semacam sebuah tesis: kasus video [Arie* dkk] menyebabkan beberapa orang melakukan hal yang sama. Hal ini mirip dengan kasusnya In*l. Pantatnya In*l katanya menyebabkan beberapa orang melakukan kasus pencabulan.


Tesis macam apa ini. Ingat!! Media punya pengaruh yang sangat luas dan tajam untuk membentuk dan membangun opini dan cara berpikir dalam masyarakat. Jika media terus-menerus melakukan startegi penayangan semacam ini, jangan salahkan jika ada sebagian orang yang kemudian mencemooh Aril*l dkk. Jangan salahkan “polisi agama” yang tak berdosa itu [hahah...kayak Tuhan saja ndak berdosa] melakukan tindak kekerasan terhadap beberapa tempat usahanya L*na.


Media seharusnya lebih objektif dan bijak dalam melakukan strategi penayangaan berita. Bukankah media juga punya tanggungjawab sosial di dalam membangun dan menjadikan bangsa ini [semoga] menjadi lebih besar.

Semua melihat ke arah Ari*l dkk, dan semua beramai-ramai menuduh bahwa Arie*l dkk tak lebih tak kurang, seperti seekor binatang. Jenis apa tak tahu. Yang pasti nada marah dan menghakimi nampak dari saudara-saudari kita yang sok suci itu.


Jika anda seorang Kristen atau anda pernah menonton film Perempuan berkalung sorban, anda tentu ingat kisah tentang perempuan yang beramai-ramai akan dilempar. Dalam Injil diterangkan bahwa seorang perempuan berzinah akan dilempar dengan batu [sesuia dengan hukum waktu itu]. Tetapi Yesus dengan bijak mengatakan bahwa jika kamu memang tidak punya dosa, silahkan lempar. Akhirnya orang-orang ini tidak melakukannya. Karena siapa sih yang ndak punya dosa. Dibanding dengan para pejabat kita yang tampangnya suci dan tulus itu, yang ternyata bajingan dan tukang korup, siapakah yang paling bermoral?


Kita dengan gampangnya menghakimi Ari*l dkk. Betul, bahwa ada kesalahan mereka ya. Tetapi apakah kita lebih baik dari Ari*l. Kita menunjuk Ari*l dkk dengan satu jari telunjuk, padahal 3 jari yang lain menunjuk kita.

Biarlah kasusnya Ari*l menjadi bahan pembelajaran buat kita. Bukan dengan menghakiminya tetapi dengan tetap belajar agar kasus seperti ini tidak terulang [mungkin] pada diri kita dan keluarga kita.

Kamis, 01 Juli 2010

Belajar nilai sufistik dari Emha

Secara etimologi, wikipedia menuliskan beberapa sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". “Pandangan yang umum adalah kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini menaruh penekanan pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan. Yang lain menyarankan bahwa etimologi dari Sufi berasal dari "Ashab al-Suffa" ("Sahabat Beranda") atau "Ahl al-Suffa" ("Orang orang beranda"), yang mana dalah sekelompok muslim pada waktu Nabi Muhammad yang menghabiskan waktu mereka di beranda masjid Nabi, mendedikasikan waktunya untuk berdoa.”[1]

Mengapa dituliskan hal demikian yaitu untuk menunjukkan bahwa tidak mudah untuk memahami dengan singkat pergulatan tentang sufi itu sendiri. Namun meskipun secara etimologi saja orang masih harus bergumul, kita bisa menyimpulkan satu hal yaitu bahwa sufi erat kaitannya dengan kesucian dan kemurnian hati. Pada saat yang sama wikipedia menuliskan hal tentang sufis itu sendiri yaitu “Sufi adalah istilah untuk mereka yang mendalami ilmu tasawwuf, sejenis aliran mistik dalam agama Islam. Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa arab: تصوف , ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi.[2] Abdul Munir Mulkhan menuliskan bahwa sufi adalah sebuah praktik keberagamaan dalam komunitas pemeluk agama Islam yang antara lain berusaha menemukan kesadaran ilahiah autentik, jujur dan manusiawi[3]


“Aku mabuk Allah"

aku mabuk allah

semata-mata allah

segala-galanya allah

tak bisa lain lagi

aku mabuk allah

lainnya tak berhak dimabuki

lainnya palsu, lainnya tiada

nyamuk tak nyamuk

kalau tak mengabarkan allah

langit tak langit

kalau tak menandakan allah

debu tak debu

badai tak badai

kalau tak membuktikan allah

kembang tak mekar

api tak membakar

kalau tak allah

mabuklah aku mabuk allah

tak bisa lihat tak bisa dengar

cuma allah cuma allah

kalau matahari memancar

siapa sebenarnya yang menyinar

kalau malam legam

siapa hadir di kegelapan

kalau punggung ditikam

siapa merasa kesakitan

mabuklah aku mabuk allah

kalau jantung berdegup

siapa yang hidup

kalau menetes puisi

siapa yang abadi

allah semata

allah semata lainnya dusta

Salah satu paham sufi mengatakan bahwa kita dapat bersatu dengan Tuhan.[4] Dalam puisi emha di atas nampak sekali bahwa Emha mencoba menunjukkan bagaimana Ia Mabuk Allah...itu berarti dalam dirinya ada banyak bahkan berlebihan Allah. Bukankah biasanya kita mabuk oleh minuman keras? Jika kita mabuk oleh minuman keras, itu berarti kita memasukkan begitu banyak bahkan berlebihan minuman keras ke dalam tubuh kita. Analogi inilah yang dipakai Emha untuk menunjukkan bahwa di dalam dirinya ada begitu banyak Allah (tentu dari segi kualitatifnya) bahkan berlebihan. Hal ini menunjukkan dengan sangat jelas bahwa puisi emha tersebut sangat berbau sufisme. Disini terjadi simbolisme dimana kemabukan berarti terjadinya ekstase religius.[5]

Tetapi apakah kita bisa mabuk Allah jika kita tidak punya kerinduan dan cinta kepada Allah? Bagaimana mungkin orang akan mengkonsumsi begitu banyak minuman yang jelas-jelas akan membuatnya mabuk jika Ia tidak menyukai bahkan jatuh cinta dengan minuman itu? Mabuk Allah didasari oleh rasa cinta kepada Allah, hanya Allah saja,semata-mata Allah, tidak ada yang lain. Bagi Emha, yang lain itu adalah dusta.


Dalam dunia sufisme, cinta merupakan tema sentral, khususnya cinta kepada Allah. Dr. Javad Nurbakhsh mengatakan bahwa Tuhan harus didekati melalui cinta, dan hanya melalui keagungan dan rahmat Ilahi intimasi bersamaNya bisa tercapai.[6] Lebih lanjut Dr Javad Nurbakhsh menguraikan kemungkinan cara Cinta Ilahi muncul dalam diri Sufi yaitu[7]:


1. melalui daya tarik Ilahi (jazbah). Cinta Ilahi muncul dalam diri sufi secara langsung, tanpa perantara, sehingga sang sufi melupakan segalanya kecuali Tuhan

2. melalui pengembaraan dan kemajuan metodis di atas jalan (sayr wa suluk). Sufi menjadi begitu pasrah jatuh cinta pada guru spritualnya, yang kemudian mengubah cinta ini menjadi cinta ilahi.


Kalau boleh disimpulkan, cinta Ilahi ini dapat terjadi dalam diri seorang Sufi melalui dua jalan yaitu Allah sendiri yang berkenan dan yang kedua adalah adanya usaha untuk menggapai cinta Ilahi. Kita tidak tahu dalam posisi yang mana Emha berdiri (atau memang dia sama sekali tidak memposisikan dirinya), tetapi yang jelas dari puisinya tersebut, mabuk Allah adalah ungkapan paling dalam hanya dalam diri Allah saja. Tentu kalau kita melacak jejak spritual Emha, Ia pun berguru pada seorang guru yang sangat Ia kagumi bernama Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha berikutnya.[8]


Hal lain yang menarik dari puisi Emha tersebut adalah hal “Allah saja” titik! Tak ada yang lain selain Allah saja. Yang lain hanyalah penanda (kalau boleh disebutkan demikian) akan siapa Allah. Tujuannya hanya Allah saja. Fokusnya Allah saja! Hal inipun menyiratkan bagaimana sufisme mempengaruhi puisi Emha tersebut. Dr. Javad Nurbakhsh mengatakan bahwa kebanyakan orang mencari karunia Tuhan, sementara sufi mencari Dia semata, yang merindukan keintimanNya. Yang lain puas dengan pemberianNya; kaum sufi hanya puas dengan Dia[9]


Kita memang belum melihat ada tulisan ataupun orang yang mengatakan bahwa Emha adalah seorang sufis. Namun yang jelas, pengaruh sufisme dalam puisinya tersebut setidaknya menggambarkan kecenderungannya untuk mencoba menggambarkan pencarian akan Allah saja. Allah semata. Hanya Dia saja. Kecenderungan sufisme mencari Allah saja kelihatan sekali dalam puisi Emha tersebut. “Cuma-Cuma Allah”, “Allah semata” bukan yang lain. Yang lain: nyamuk, langit, debu, badai, kembang, api, matahari, malam legam, kesakitan, jantung berdegup, hanyalah penanda akan Allah. Dengan ini, Emha ingin menunjukkan bahwa segala sesuatu fokus dan tertuju kepada Allah, bukan yang lain. [10]


Bagaimana dengan teologi? Jika kita menganggap bahwa puisi Emha tersebut memiliki nilai sufisme, maka dengan jelas teologi yang muncul dipengaruhi oleh sikap kaum sufis yang menaruh perhatian kepada Allah dan bagaimana terjadinya kesatuan dengan Allah. Kesatuan dengan Allah hanya dapat tercapai jika di dalamnya ada cinta “hanya” kepada Allah.



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme

[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme. Lebih lanjut dituliskan bahwa Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam.

[3] Abdul Munir Mulkhan, Sufi Pinggiran,Yogyakarta: Kanisius, 2007, hlm. 13

[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Sufisme

[5] lihat Sa'duddin Mahmud Syabistari dalam sufinews.com. dia menguraikan beberapa simbol sufi seperti tidur adalah kontemplasi, pelukan dan ciuman adalah pesona-pesona ilahi dsb.

[6] Dr. Javad Nurbakhsh, “Ciri-ciri khas utama Sufisme dalam periode awal Islam” dalam Leonard Lewisohn (ed), Warisan Sufi. Sufisme Persia Klasik dari permulaan hingga Rumi (700-1300). Buku pertama, (Yogyakarta:Pustaka Sufi) 2002, hlm. 3

[7] Dr. Javad Nurbakhsh, “Ciri-ciri khas utama Sufisme dalam periode awal Islam” dalam Leonard Lewisohn (ed), Warisan Sufi. Sufisme Persia Klasik dari permulaan hingga Rumi (700-1300). Buku pertama, (Yogyakarta:Pustaka Sufi) 2002, hlm. 3

[8] www.duniasastra.com

[9] Dr. Javad Nurbakhsh, “Ciri-ciri khas utama Sufisme dalam periode awal Islam” dalam Leonard Lewisohn (ed), Warisan Sufi. Sufisme Persia Klasik dari permulaan hingga Rumi (700-1300). Buku pertama, (Yogyakarta:Pustaka Sufi) 2002, hlm. 4

[10] Penilaian tentang karya-karya Emha dipengaruhi oleh sufistik dituliskan misalnya oleh Indra Tjahyadi “Puisi sufistik paslu, gelap dan dekade 1980-an” dengan mengutip Harry Aveling yang mengatakan bahwa pada dekade 1980an telah terjadi wabah “sufi” dalam lapangan perpuisian di Indonesia dan Emha Ainun Nadjib adalah salah seorang tonggaknya (www.suarakarya-online.com). Hal yang sama juga dituliskan oleh Ahmad Fatoni “sentuhan sufisme dalam sastra Indonesia” (www.hupelita.com). Hal ini juga diungkapkan oleh Julia Day Howell, Sufism and the Indonesian Islamic Revival yang juga mencantumkan nama Emha Ainun Nadjib yang adalah generasi muda sebagai tonggaknya melalui karya-karyanya disamping misalnya Abdul Hadi,Taufiq Ismail, and Sutardji Caljoum Bachri dsb.

Kamis, 10 Juni 2010

Julukan Tim-tim Peserta Piala Dunia 2010 Afrika Selatan


  • Afrika Selatan = Bafana-Bafana, The Boys
  • Aljazair = Les Fennecs, The Dessert Foxes (Rubah Gurun)
  • Amerika Serikat = Sam’s Army
  • Argentina = Albiceleste (Putih dan Biru)
  • Australia = Socceroos
  • Belanda = De Oranje
  • Brasil = Selecao (Selection atau yang terpilih)
  • Cile = La Roja (Si Merah)
  • Denmark = Olsens Elleve, Olsen’s Eleven (Merujuk pada pelatih Morten Olsen. Sebelumnya, lantaran keberhasilan pada 1992, Denmark dijuluki Tim Dinamit)
  • Ghana = The Black Stars
  • Honduras = La H (merujuk pada lambang H di logo para pemain timnas)
  • Inggris = The Three Lions (merujuk pada jumlah singa di lambang FA)
  • Italia = Gli Azzuri (karena warna kostu timnas yang berwarna biru= azzuri)
  • Jerman = Der Panzer (merujuk kepada perang dunia Jerman menggunakan panzer untuk bertempur), Natioanl Mannschaft (timnas), DFB Elf (DFB Eleven), atau National Elf. Die Mannschaft biasanya digunakan oleh media-media di luar Jerman
  • Jepang = Blue Samurai
  • Kamerun = Indomitable Lions (Singa Perkasa)
  • Korea Utara = Chollima (Tokoh mistis Korea berbentuk kuda)
  • Korea Selatan = Taegeuk Warriors, Red Devils
  • Meksiko = El Tri (kependekan dari “tricolor” yang merujuk pada komposisi bendera negara)
  • Nigeria = Super Eagles
  • Paraguay = La Albiroja (Putih-Merah), Guarani (dari suku asli Paraguay)
  • Pantai Gading = Les Elephants, The Elephants
  • Perancis = Les Bleus, The Blues (Karena kostum timnas berwarna biru)
  • Portugal = Seleccao das Quinas (merujuk pada 5 perisai di lambang Portugal)
  • Selandia Baru = All Whites (Uniknya, tim rugbi negara tersebut dijuluki All Blacks)
  • Serbia = Beli Orlovi, White Eagles (Merujuk pada kepala elang di logo seragam Serbia)
  • Slovakia = Repre
  • Slovenia = Igralci (tim nasional)
  • Spanyol = La Furia Roja (Merah Menyala)
  • Swiss = Scweizer Nati (timnas Swiss)
  • Uruguay = La Celeste (Biru Langit)
  • Yunani = Galanoleyki To Piratiko (Kapal Bajak Laut, sejak keberhasilam menjuarai Euro 2004)

Rabu, 09 Juni 2010

Kebahagiaan


BAHAGIA ITU...

KALAU AKU BISA BANGUN PAGI

DAN PERGI TIDUR

PADA MALAM HARI DAN

DIANTARA KEDUA HAL ITU

AKU DAPAT MELAKUKAN

APA YANG MAU AKU LAKUKAN

[dikutip dari dee, Perpus UKDW-Rabu [ndak Abu], 9 Juni 2010]

Senin, 10 Mei 2010

a perfect person?

We come to love not by finding a perfect person, but by learning to see an imperfect person perfectly.
Sam Keen, from To Love and Be Loved

Sabtu, 08 Mei 2010

Jika surga dan neraka tak pernah ada

Dalam sebuah kesempatan, entah angin apa yang datang, saya dengan teman-teman membicarakan topik yang agak berat dan agak jelimet....neraka dan surga..gila ndak tuh?? Di saat si Sri justru sedang hangat-hangetnya dibicarakan [emang teh hanget..hahahah], kami justru membicarakan topik out of space tetapi jelas tidak out of date....tidak ada tanggal kadaluarsa untuk topik yang satu ini. Sepanjang abad telah dilewati manusia, sejarah tetap membicarakannya. Dan mungkin ndak akan pernah berakhir membicarakan topik yang satu ini. Hebatnya, tak ada seorangpun yang tahu persisnya neraka itu seperti apa, panasnya seberapa dan benarkah di sana dihuni oleh iblis bertanduk, hidup lagi...hahahah....surga pun demikian...tak ada yang persis tahu seperti apa. Saya masih ingat dosen saya pernah menanyakan apakah surga itu bertalian dengan tempat atau suasananya? Tak ada yang benar-benar tahu bukan? Kalau begitu mengapa orang begitu doyan membicarakannya? Mengapa orang begitu tak kenal lelah untuk berjuang masuk surga dan berusaha menjauh dari neraka yang katanya, puanas rek...heheheh.



Tetapi dalam kesempatan bersama dengan teman-teman itu kami justru mengolok-olok perilaku-perilaku sebagian dari kita untuk bisa mendapatkan surga dan menjauh dari neraka. Meskipun dalam hati saya, kalau surga benar-benar ada, saya mau masuk ke sana aja deh, meskipun kategori masuk surga rasa-rasane ndak begitu tepat untuk saya dengan kesalahan yang out of limit..hahahaha.



Ada yang mau masuk ke sana dengan hitung-hitungan...ane kan sudah bayar segini Tuhan, lha masak ndak masuk surga? Tuhan bilang “lha, lo kan kesalahannya banyak gini mau masuk surga...nyembunyiin duit orang, main mata ama istri orang, Fban di gereja, sampai nguntilin kepala lele teman lo waktu lo di asrama dulu”. “Tuhan bercandanya berlebihan ah..lebay..lebay...itu benar sih Tuhan cuman kan dibanding dengan kebaikan yang ane tabur dan tanam, jauh lebih banyak. Duit ane yang tak seberapa itu tak kasihin pengamen waktu ane lagi makan bakso di emperan jalan, ikut ama pak RT geledahin penduduk yang tak punya KTP, di gereja ane aktif bayar persepuluhan bahkan kadang-kadang ane itu bayar perduapuluhan....heheheh....ane juga pernah mengukir prestasi di kelurahan ane sebagai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Gmana Tuhan, prestasi ane kan jaul lebih banyak. Cin cai ajalah Tuhan”

Nah, selain tawar menawar kebaikan yang ditaburin di bumi, ada juga perilaku kayak penerima beasiswa gitu. Mereka-mereka ini biasane mintain rekomendasi mereka yang dicap [pake cap apa ya..hahah] oleh sebuah institusi tertentu sebagai yang “tersuci”. Nah, lo bisa mintain bantu ama mereka, siapa tahu lo dapat beasiswa..eee rekomendasi lolos masuk surga. Ada juga yang berjuang sendiri. Berjuang menjadi orang baek, menghindari perilaku yang dikategorikan menyimpang oleh agama dan masyarakat [agmas..kayak nama matakuliah ane nih dulu...heheheh]. Mereka ini ndak akan tawar-menawar dengan Tuhan dan ndak bakalan minta surat rekomendasi. Bagi mereka, jika ingin mendapatkan tiket masuk surga, lo harus berjuang sendiri, dengan kemampuan sendiri. Tetapi dari jenis yang terakhir ini, ada orang-orang yang sedikit rada-rada ndak percaya ama dirinya sendiri karena bagi mereka ndak mungkinlah kita bisa berjuang sendiri. Menurut mereka, manusia itu kan sudah jatuh ke dalam dosa, tinggal dalam dosa dan teramat sangat susah untuk bisa keluar dari dosa. Yang nguntilan uang orang ndak pernah bisa merubah kebiasaannya bahkan biar udah bolak-balek penjara. Yang suka main mata ama istri orang, ndak pernah bisa dan gampang untuk merubah kebiasaan itu, bahkan sampai matanya sakit sendiri..hahahah. So, bagi mereka, untuk bisa masuk surga mesti yakin akan perjuangan sendiri tanpa mengabaikan hak preogratifnya Tuhan yang mau berbaek hati memberikan kita tiket masuk surga.



Ribet ya? Mau masuk surga aja ribet gini...tetapi terlepas dari itu, saya mau mengajak kita untuk memperhatikan lirik lagu berikut, yang di folder ane, dinyanyiin oleh Chrisye dan Ahmad Dhani yang berjudul “jika surga dan neraka tak pernah ada”.

Apakah kita semua, benar-benar tulus menyambah padaNya?
Atau mungkin kita hanya, takut pada neraka, dan inginkan surga

Reff:
Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau sujud kepadaNya?
Jika surga dan neraka tak pernah ada, masihkah kau, menyebut namaNya?

Bisakah kita semua benar-benar sujud, sepenuh hati?
Karena sungguh memang Dia, memang pantas disembah, memang pantas dipuja.

Takut pada neraka dan inginkan surga adalah gambaran dari banyak manusia di bumi yang udah berumur ini. Perilaku mau masuk surga dan jauhin neraka adalah perilaku yang menjadi alasan kita untuk sujud pada Tuhan. “Tuhan, lo kan punya surga, ane mau masuk dong? Ane janji deh, ane akan sujut menyembah Tuhan kalo Tuhan mau kasih masuk ane di surga”. Kita menyembah Tuhan bukan karena mencintai Tuhan tetapi karena alasan surga dan neraka, yang justru buatan Tuhan. Kita menghabiskan waktu dan energi untuk mau masuk surga dan neraka, bukan untuk menyembah Tuhan. Padahal, kita diajak untuk menyembah “hanya” Tuhan saja, tidak yang lain.

Mungkin lagu di atas menjadi warning bagi kita agar perilaku keberagamaan kita mengarah sepenuhnya pada Tuhan. Agar kebaikan yang kita lakukan adalah benar-benar karena mau mencintaiNya. Apakah anda masih sujud pada Tuhan jika neraka dan surga tak pernah ada? Semoga masih!!

Jumat, 07 Mei 2010

Friday morning

Sunrise
[difoto dari alun-alun utara, kraton Yogyakarta]



Kali Code, Yogyakarta


Sunrise
[difoto dari Monumen Serangan Umum 1 Maret, Yogyakarta]


Suasana pagi di sebuah jalan di daerah Malioboro

Minggu, 02 Mei 2010

SunseT from bukiT binTang



enjoy God's creation by looking the sunset from Bukit Bintang
[date picture: 5/1/2010, 5:14 PM]

ouR phoTos

[edit by dee]

cinta bukan seperti cuma saling memandang
tetapi terutama menatap ke tujuan yang sama
[antoine de saint-exupery]